Thursday, August 19, 2010

FILE 182 : Ingatlah Saudaramu Muslim di Pakistan

Bismillahirrohmanirrohim

Walhamdulillah, wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillah Shollallohu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam

Wa ba'du

……

Pakistan dan Indonesia, Bantuan bagi Sesama Muslim

Penulis:

Gene Netto

......

Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakaatuh

Saya baca di berita, pemerintah Pakistan perkirakan 20 JUTA orang telah kehilangan rumah.
Masih ada banjir di mana-mana, dan oleh karena itu 20 juta orang tidak punya rumah, tidak punya makanan atau air bersih, tidak ada tempat shalat, tidak ada listrik, tidak ada perlindungan dari cuaca.

Sejak muncul berita tentang banjir besar yang melanda Pakistan, saya pantau terus di BBC dan situs berita lain. Anehnya, malah kelihatan bahwa di dalam berita Indonesia, topik ini tidak begitu besar. Di halaman depan koran jarang ada. Kalau mau lihat di situs berita, harus cari di bagian internasional. Tidak ada di paling depan (untuk menarik perhatian).


Tapi kalau berita Kapolri “hilang”, sangat besar dan muncul di mana2. Lalu ada berita shalatnya Abu Bakar Baasyir di dalam penjara, sahur buat Ariel di dalam penjara, proses pemilihan pemimpin baru KPK, pemblokiran situs porno oleh Kominfo, dan seterusnya.


Tetapi berita PAKISTAN? Harus benar-benar dicari kalau mau baca. Sedangkan selama satu minggu atau lebih di BBC, hampir setiap hari menjadi berita nomor satu, yang diposisikan di paling atas. Seolah-olah orang kafir lebih peduli pada penderitaan orang Muslim daripada orang Muslim yang lain.


Dan selama bulan Ramadhan ini, setiap kali masuk masjid, saya tidak sekalipun mendengar pengurus masjid membicarakan penderitaan 20 JUTA orang Muslim di Pakistan. Tidak ada pembacaan doa untuk 20 juta saudara Muslim yang kehilangan rumah dan stok makanan serta air bersih di tengah bulan puasa. Tetapi pengumuman tentang isi tabungan masjid dan makanan untuk buka puasa sangat utama dan dijelaskan kepada jemaah. Penderitaan 20 juta saudara Muslim di Pakistan? Tidak ada satu kalimat maupun satu doa…


Barangkali mereka tidak dihitung saudara kita kalau tidak berasal dari Indonesia.


Kalau mencari berita Pakistan di internet, sepertinya sangat sedikit dalam bahasa Indonesia. Pada hari Senin kemarin di kompas, hanya ada dua paragraf kecil (untuk membahas penderitaan 20 juta Muslim).

[Lihat: Pakistan Minta Banyak Dukungan Internasional]


Dan sekarang diberitakan di BBC bahwa 3,5 JUTA anak terancam bisa kena penyakit, terutama diare, dan tanpa menerima obat-obatan, banyak dari mereka bisa wafat atau sakit lama. (Dan kalau ditambah orang dewasa, dikuatirkan 6 JUTA orang bisa jatuh sakit.)


Apa yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk membantu saudara2 kami? Saya cari berkali2 dan hanya dapat berita yang satu ini dari beberapa hari yang lalu. Apakah ini total bantuan dari pemerintah Indonesia terhadap Pakistan?

Bantuan tersebut dikoordinasikan melalui Kementerian Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). "Indonesia akan memberangkatkan 20 personel tim kesehatan dan beberapa bantuan logistik," katanya. Logistik tersebut antara lain 4.000 lembar selimut, 500 paket makanan dalam kemasan, tiga ton obat-obatan dan lima ton makanan pengganti air susu ibu. "Total bantuan adalah sekitar 1,3 juta dolar AS," kata Agung. Pemerintah juga memberangkatkan empat orang pendahulu yang akan memantau kondisi di lokasi banjir. [Sumber: antaranews.com]
(Total bantuannya senilai 1,3 juta dolar? Mohon maaf, apa itu juga termasuk harga jual pesawatnya? Bagaimana 4 ribu selimut, 500 paket makanan dan obat-obatan bisa mencapai 1,3 juta dolar?)

Coba anda sendiri melakukan pencarian di Goggle dengan kata kunci “Pakistan Indonesia” dan melakukan ‘advanced search’ supaya bisa batasi untuk halaman dari Indonesia (pages from Indonesia), dalam 1 minggu terakhir (past week). Lihat sendiri betapa sedikit berita dari Indonesia tentang musibah besar ini, dan cari sendiri penjelasan tentang bantuan yang dikirim oleh pemerintah Indonesia kepada saudara-saudara Muslim kita di Pakistan.

Kalau seandainya dalam 10-20 tahun terakhir, orang Muslim yang menjadi pejabat, PNS dan pengusaha tidak sibuk melakukan korupsi untuk kepentingan diri sendiri, Indonesia sudah berhasil menjadi negara maju, dan bahkan mungkin sudah menjadi super-power mirip Amerika sekarang. Dengan kapasitas ekonomi yang besar, angkatan udara yang kuat dengan banyak helikopter, Indonesia bisa kirim banyak bantuan ke Pakistan, dan bantu saudara2 kami pada saat mereka sangat membutuhkan bantuan.

Sayangnya, disebabkan korupsi para pejabat dan pengusaha Muslim, pada saat 20 juta orang Muslim yang lain perlu bantuan, Indonesia hanya sanggup kirim beberapa ton makanan dan selimut untuk membantu. ……

Alangkah buruknya para pejabat dan pengusaha Muslim yang melakukan korupsi dan merasa hebat sendiri karena rumah, deposito, jumlah mobil dan perut mereka menjadi lebih besar dari semua tetangga Muslim yang lain. …..

Kapan Indonesia akan menjadi negara maju dan sanggup memimpin dunia di dalam bidang selain korupsi?

(Foto-foto dari Big Picture)


Daftar negara yang memberi bantuan (nama Indonesia tidak muncul)

Di zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, persaudaraan di dalam Islam begitu besar sampai seorang Muslim siap membagi hartanya dengan Muslim yang lain, tanpa melihat dari mana asalnya. Lebih dari harta, isteri juga boleh “dibagikan” (karena memiliki lebih dari satu, jadi siap menceraikan satu biar orang lain bisa dapat isteri).

Sedangkan sekarang, untuk 20 JUTA ummat Islam yang menderita di Pakistan, jangankan isteri, jangankan harta, masuk berita saja (untuk menarik simpati dari ummat Islam) sulit didapatkan.

Tulisan di koran saja begitu sulit didapat. Apalagi uang. Apalagi isteri orang.

Kata Sekjen PBB, Ban Ki-moon, “Ini musibah yang paling besar yang pernah saya lihat dalam sebuah bangsa.”

Sekarang diperkirakan bahwa seperlima dari total wilayah Pakistan sudah terendam oleh banjir. Seperlima.

Bayangkan kalau seluruh pulau Jawa dan separuh dari Sumatera kena banjir, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada listrik, jalan dan jembatan rusak… di tengah bulan puasa! Puluhan juta orang mengungsi sekaligus dengan hanya membawa baju yang dipakai. Lalu sebuah negara Muslim lain kirim satu pesawat saja, dengan beberapa ribu selimut, dan sedikit obat-obatan untuk membantu 20 juta orang Indonesia di Jawa-Sumatera yang menderita. Dan setelah itu kita dilupakan di dalam berita mereka, dan di dalam masjid2 mereka, nasib kita tidak dibicarakan sama sekali.

Di tengah bulan puasa!

Bisa bayangkan?

Kita mau katakan apa kepada mereka yang seolah-olah lupakan kita?

Ada teman2 yang tanya ke mana mereka bisa menyalurkan uang kalau mau bantu 20 juta saudara kita di Pakistan yang sedang menderita. Saya jawab tidak tahu, karena belum lihat berita atau informasi seperti itu. Saya usulkan ke Palang Merah, atau ACT. Tetapi setelah cek website mereka, tidak ada info juga. Ada yang usulkan lewat Mer-C, tetapi di website mereka juga sama. Hanya ada satu buah berita tentang Pakistan. Tidak ada info rekening buat korban di Pakistan.

Sedangkan beberapa bulan yang lalu, ketika Ibu Prita mau dipenjarakan dalam kasus pencemaran nama baik sebuah rumah sakit, dalam sekejap, masyarakat Indonesia (yang mayoritasnya Muslim) mengumpulkan 1 milyar, dari uang koin saja, untuk bantu satu orang saja, untuk membayar pengacaranya (atau dendanya)!

Tetapi sekarang, untuk membantu 20 juta saudara2 kita di Pakistan… tidak ada berita, tidak ada rekening, tidak ada sukarelawan yang kumpulkan uang di lampu merah, dan sebagainya.
Mau cari rekening LSM saja untuk menyumbang uang sulit setengah mati…

......................


Dan ini terjadi di tengah bulan puasa yang suci, di mana sedekah yang paling kecil punya nilai yang lebih besar….


“Umat-ku, umat-ku, umat-ku ….” kata Nabi sebelum wafat.


Untung Nabi kita tidak hidup sekarang, untuk melihat keadaan ummatnya…

Saya tidak mau bayangkan komentarnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang kita…


Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barakaatuh

********


Hadits: Sa'ad mau bagikan isteri dengan Abdurrahman bin Auf


Diriwayatkan dari Anas bin Malik, sesungguhnya Abdurrahman bin Auf telah dipersaudarakan (oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam) dengan Sa'ad bin al-Rabi' al-Ansari tatkala tiba di Madinah.

Lalu Sa'ad berkata kepadanya: Saudaraku! Saya adalah salah seorang penduduk Madinah yang punya banyak harta, pilihlah dan ambillah. Dan saya juga mempunya dua orang isteri, lihatlah salah satunya yang mana yang menarik hatimu sehingga saya bisa mentalaknya untukmu.

Abdurrahman menjawab: semoga Allah memberkatimu pada hartamu dan keluargamu (akan tetapi) tunjukkanlah di mana letak pasarmu.

Merekapun menunjukkan pasar, maka beliaupun melakukan transaksi jual beli sehingga mendapatkan laba (yang banyak) dan telah mampu membeli keju dan lemak. Kemudian tidak lama berselang iapun sudah dipenuhi oleh wewangian (menikah).

Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: "Apa gerangan yang terjadi denganmu?"

Ia menjawab:" Wahai Rasulullah, aku telah menikah.

Baginda bertanya: "Apa maharnya?"

Ia menjawab: "Emas sebesar biji kurma".

Baginda bersabda kembali: "Buatlah walimah (pesta perkawinan) walaupun dengan satu ekor kambing".

(Sahih Bukhari, Jilid 7, Kitab 62 Pernikahan, Nomor 10)



Dan ada juga petunjuk di dalam Al Qur'an…


8. (Juga) bagi para fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.

9. Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.

(QS. Al-Hashr : 8-9)



Dan ada juga petunjuk dari ulama tentang persaudaraan bagi orang Muslim:


Adab Persahabatan


Syekh Shalih bin Abdul Aziz Alusy Shaikh dalam buku Hak-hak Persaudaraan Islam, menyampaikan pokok-pokok adab persahabatan, yaitu :


1. Mencintai saudaranya karena Allah, kecintaan karena Allah akan menghasilkan buah pergaulan yang manis. Dia akan senantiasa bermuamalah untuk mendapat ridha Allah.


2. Memberi bantuan kepada saudaranya, baik harta maupun fisik. Sebagian ulama berkata bahwa diantara adab persahabatan ini, janganlah ia menunggu saudaranya yang kekurangan meminta bantuan, tetapi hendaknya ia membantu kepada saudaranya karena layak dibantu.


3. Menjaga kehormatan saudaranya. Kehormatan dan harga diri seorang muslim adalah haram untuk dinodai oleh muslim yang lain. Oleh sebab itu ketika dia melihat kekurangan / aib temannya maka dia orang pertama yang menutup aib tersebut.


4. Menjauhi sifat buruk sangka terhadap saudaranya. Hukum asal seorang muslim adalah taat kepada Allah, maka ketika ia berprasangka buruk berarti ia telah menuduh saudaranya tersebut tidak taat kepada Allah. Bahkan prasangka itu sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Hujurat : 12 adalah dosa.


5. Menjauhi perdebatan dengan saudaranya. Sisi pandang suatu persoalan bisa saja berbeda-beda, oleh sebab itu memaksakan pendapat bahkan sampai berdebat adalah perbuatan sia-sia.


6. Berbuat baik dengan lisan kepada saudaranya. Engkau ucapkan perbuatan untuk menunjukkan kasih sayang kepadanya, engkau memuji kebaikannya ketika ia tidak mendengarnya, dan engkau senantiasa berterima kasih atas muamalah yang terjadi.


7. Memaafkan kesalahan saudaranya. Meluruskan kesalahan dengan tidak mengungkapkan di depan teman, mengingat jasa baiknya sehingga mudah memberi maaf ketika ada kekeliruan.


8. Gembira dengan karunia yang Allah berikan kepada saudaranya. Hasad (dengki) adalah penyakit yang membahayakan sekaligus menghilangkan kebaikan.


9.
Menjalin kerja sama dalam kebaikan dengan saudaranya. Agama mengajari untuk senantiasa tolong-menolong dalam mengerjakan kebaikan dan ketaqwaan.


10. Musyawarah dan kesatuan sesama saudara. Musyawarah dan kesatuan muslim adalah inti kekuatan. Kalau hal seperti ini diabaikan maka kekuatan Islam menjadi pudar dihadapan musuh-musuh Islam.


Source: islamiccenterbekasi.com

***

Sumber : genenetto.blogspot.com

.

Semoga Allah menggugah hati kita. Saya berharap segera ada Lembaga Bantuan Resmi yang siap menerima dan menyalurkan bantuan dari kita untuk saudara-saudara muslim kita di Pakistan .....

Bagi yang bermaksud menyumbangkan dana bantuan untuk korban banjir di Pakistan dapat mentransfer ke rekening berikut :

  • BCA: 8780040077
  • BRI: 0230.01.001403.30.9 atau 230.01.001403.30.9
  • Bank Syariah Mandiri: 009.0066666
Semua rekening tersebut atas nama Lazis Muhammadiyah >> belum ada Contact Person untuk mengkonfirmasi transfer. [sumber]

.

Berita Terkait :

.

Subhanakallohumma wa bihamdihi,

Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika

Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamin

Monday, August 16, 2010

FILE 181 : Hindari Koran, Tadabburi Al-Qur'an

Bismillahirrohmanirrohim

Walhamdulillah, wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillah Shollallohu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam

Wa ba'du

……

Hindari Koran, Tadabburi Al-Qur'an

Penulis:

Ust. Abu Ihsan al-Atsari

.


Sekarang ini membaca koran sudah menjadi rutinitas yang nyaris tidak bisa ditinggalkan oleh manusia. Dimana-mana tersedia bacaan yang satu ini, di rumah, kantor, restoran, warung, bahkan sebagian orang ada yang menyempatkan diri membaca koran di toilet. Seakan koran sudah seperti bacaan wajib bagi mereka. Sikap yang berbeda mereka tujukan untuk al-Qur’ân, sebuah kitab yang menjadi pedoman hidup. Al-Qur'ân nyaris tidak tersentuh, apalagi diperhatikan. Mereka lebih hafal nama koran, atau tokoh-tokoh dalam koran daripada nama surat-surat al-Qur’ân. Bahkan lebih ironinya lagi, banyak dari mereka yang tampak tekun memelototi koran, ternyata tidak bisa baca al-Qur’ân. Sebegitu pentingkah berbagai sajian koran bagi mereka ? Sehingga rela meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk membaca dan mengikuti buah tangan para wartawan.

Allâh Azza wa Jalla telah menyediakan bacaan bagi orang-orang yang beriman. Bacaan yang sangat berkualitas, berisi hidayah yang menunjukkan hal-hal terbaik bagi mereka. Membacanya adalah ibadah yang berbuah pahala, bahkan pada setiap huruf dihitung satu pahala.

Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ آلم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

"Barangsiapa membaca satu huruf dari kitabullah, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim adalah satu huruf, tetapi alif itu satu huruf, laam itu satu huruf, dan miim itu satu huruf" [1]

Al-Qur'an adalah bacaan yang tidak ada kebohongan dan kebatilan di dalamnya, dari depan maupun dari belakang. Sebuah bacaan yang akan mendatangkan ketenangan jiwa dan kekhusyukan hati. Itulah al-Qur’ânul Karîm, Kalâmullâh yang diturunkan kepada Nabi-Nya yang terakhir, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Membaca al-Qur'ân adalah ibadah yang tidak selayaknya diremehkan apalagi ditinggalkan oleh seorang Muslim. Membaca al-Qur'ân termasuk dzikrullâh yang sangat agung. Allâh Subhanahu wa Ta'ala telah menjanjikan pahala dan keutamaan yang sangat besar bagi orang yang senantiasa membaca dan mempelajari al-Qur’ân.

Allâh Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allâh dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allâh menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allâh Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri". [Fâthir/35:29-30]

Dan Allâh Azza wa Jalla telah memerintahkan kita supaya membacanya dengan tartil dan sungguh-sungguh.

"Dan bacalah al-Qur'ân itu dengan tartil (perlahan-lahan)". [al-Muzammil/73:4].

"Orang-orang yang telah Kami berikan al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenar-benarnya". [al-Baqarah/2:121]

Yaitu membacanya dengan memperhatikan hukum-hukum tajwîd, kaidah-kaidah bacaan, mentadabburi kandungan dan mengamalkan isinya.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga telah menganjurkan kita untuk senantiasa membaca, mentadabburi, mempelajari, mengajarkan dan memperhatikannya.

Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَ عَلَّمَهُ

"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur'ân dan mengajarkannya".[2]

Bahkan kalaupun belum lancar, kita tetap dianjurkan untuk membacanya.

Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

"Orang yang mahir membaca al-Qur'ân akan bersama rombongan Malaikat yang mulia lagi terpuji. Dan orang yang terbata-bata dan sulit membacanya akan mendapatkan dua pahala". [3]

Dan dengan membaca al-Qur'ân, seorang mukmin akan terbedakan dengan fasik, Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الَّذِي لَا يَقْرَأُ كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ وَلَا رِيحَ لَهَا

"Perumpamaan seorang mukmin yang membaca al-Qur'ân adalah seperti al-utrujjah (sejenis jeruk), aromanya harum dan rasanya enak. Dan perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca al-Qur'ân adalah seperti buah kurma yang tidak memiliki aroma tapi manis rasanya. Perumpamaan seorang fasiq yang membaca al-Qur'ân seperti ar-raihaanah, aromanya wangi tapi rasanya pahit dan perumpamaan seorang fasiq yang tidak membaca al-Qur'ân seperti al-hanzhalah, rasanya pahit dan tidak memiliki aroma".[4]

Disamping itu, al-Qur'ân juga akan menjadi pemberi syafa'at baginya pada hari Kiamat. Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

اقْرَؤُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

"Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi pembacanya". [5]

Setiap kali membaca al-Qur'ân, seorang Mukmin akan naik derajatnya satu tingkatan. Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

يَجِيءُ الْقُرْآنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ يَا رَبِّ حَلِّهِ فَيُلْبَسُ تَاجَ الْكَرَامَةِ ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ زِدْهُ فَيُلْبَسُ حُلَّةَ الْكَرَامَةِ ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ ارْضَ عَنْهُ فَيَرْضَى عَنْهُ فَيُقَالُ لَهُ اقْرَأْ وَارْقَ وَتُزَادُ بِكُلِّ آيَةٍ حَسَنَةً

"Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat seraya berkata, “Wahai Rabbku, hiasilah ia (penghafal al-Qur’ân).” Maka iapun dipakaikan mahkota kemuliaan. Lalu al-Qur'ân berkata, “Wahai Rabbku, tambahkanlah untuknya.” Maka iapun dipakaikan jubah kemuliaan. Lalu al-Qur'ân berkata, “Wahai Rabbku, ridhailah ia.” Maka Allâh pun meridhainya. Kemudian dikatakan kepadanya (penghafal al-Qur’an), “Bacalah dan naiklah, untuk tiap-tiap ayat akan ditambahkan bagimu satu pahala.". [6]

Dan masih banyak lagi keutamaan yang disebutkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang keutamaan membaca al-Qur'ân. Lalu pantaskah kita ganti yang lebih utama ini dengan sesuatu yang rendah ?

Bukankah menyibukkan diri dengan tilâwah al-Qur'ân dan menghafalnya lebih utama daripada menyibukkan diri membaca koran ?

Mengabaikan al-Qur'ân dan beralih kepada koran akan menyebabkan kekosongan hati dan kehampaan pikiran. Sebagian orang jahil apabila sedang kosong, ia sibuk menelaah. Menelaah apa? Menelaah majalah, koran dan tabloid. Bukankah lebih baik mengisi kekosongan waktu dengan membaca atau menghafal al-Qur'ân ? Terlebih bagi seorang penuntut ilmu. Bahkan salah satu penyebab seorang penuntut ilmu itu mengalami future (sindrom) adalah beralih dari al-Qur'ân ke koran.

Termasuk bentuk fitnah pada hari ini adalah promosi-promosi terselubung yang banyak sebarkan oleh orang-orang kafir dan fasik melalui berbagi media audio visual maupun cetak, melalui program-program radio dan televisi, majalah, koran, buku dan selebaran-selebaran. Orang-orang jahil kembali menjadi korban dengan mengkonsumsi barang-barang itu. Merekapun percaya, meyakini kebenarannya, menggandrunginya dan akhirnya terpedaya. Tanpa sadar mereka mengagumi keyakinan dan ibadah orang-orang kafir. Orang-orang awam akan melahap semua yang ada di koran-koran itu.

Ini merupakan bahaya besar yang dapat menerkam setiap orang jahil yang tidak punya tameng ilmu untuk menangkis syubhat-syubhat tersebut. Sebagian orang yang merasa berilmu beralasan bahwa kesibukannya membaca koran adalah untuk mengetahui fiqhul waqi’, mengetahui perkembangan terkini. Inilah syubhat mereka. Sehingga membaca koran menjadi kegiatan utama sementara membaca al-Qur'ân menjadi kegiatan nomor sekian bahkan tidak masuk agenda sama sekali.

Syaikh Abdul Mâlik ar-Ramadhâni hafizhahullâh telah membantah syubhat seperti ini. Beliau hafizhahullâh mengatakan, “Alangkah besar kejahatan para pendidik itu! Karena mereka telah memalingkan umat dari penyakit sesungguhnya! Lalu bagaimana umat bisa mendapatkan obatnya?! Betapa besar musibah ini! Musibah yang memalingkan umat dari jalan Allâh Azza wa Jalla ! Memalingkan umat dari ilmu al-Qur'ân dan as-Sunnah, dari mengangungkan keduanya dan berkumpul di majelis-majelis Ulama kepada ilmu politik terkini dan berkumpul mendengarkannya dari media-media informasi politik audio maupun visual (radio dan televisi), koran-koran maupun majalah! Yang mana kejujuran adalah suatu hal yang tabu! Bahkan berlalu tanpa acuh di hadapan para pengikut al-Qur'ân dan as-Sunnah! Hobbi mereka adalah melihat video (film) dan membaca majalah al-Bayân dan as-Sunnah [7]. Setiap hari, setiap pekan bahkan setiap bulan tidak ada waktu dan kecenderungan mendengarkan ayat al-Qur'ân! Silakan tanya sendiri, sudah berapa lama kitab shahîhain (Shahih Bukhâri dan Muslim) nyaris tidak tersentuh sementara tidak sesaatpun mereka lepas dari koran yang menghidangkan berita-berita terkini dan berita-berita lalu! Semua urusan terpulang kepada Allâh!

Jangan buru-buru menyanggah! Karena yang saya paparkan tadi bukanlah ilmu hingga perlu dibahas, itu hanyalah kabar tentang realita yang terjadi!

Abu Nu'aim rahimahullah meriwayatkan dalam kitab al-Hilyah [8] dengan sanadnya dari seorang lelaki dari Bani Asyja' ia berkata, "Orang-orang mendengar berita kedatangan Salman al-Fârisi di masjid. Merekapun ramai-ramai mendatangi beliau Radhiyallahu 'anhu dan berkumpul di hadapannya, jumlah yang hadir ketika itu mencapai ribuan orang.

Ia melanjutkan, "Salman pun bangkit dan berkata, "Duduklah, duduklah! Setelah semua hadirin duduk, beliau Radhiyallahu 'anhu membuka majelis dengan membacakan surat Yûsuf. Seketika saja mereka bubar dan meninggalkan majelis hingga hanya sekitar seratusan saja yang tersisa. Melihat itu Salmân Radhiyallahu 'anhu marah. Beliau Radhiyallahu 'anhu berkata, "Apakah kata-kata manis penuh tipuan yang kalian inginkan ? Aku bacakan ayat-ayat Allâh kepada kalian lalu kalian bubar?!"

Barangkali Salman al-Fârisi Radhiyallahu 'anhu sengaja memilih surat Yûsuf karena di dalamnya terkandung anjuran qanâ'ah (mencukupkan diri) dengan kisah-kisah yang tersebut dalam Kitâbullâh, bukan dengan kisah-kisah dan hikayat-hikayat yang digandrungi orang banyak. Itulah yang disebutkan Allâh Azza wa Jalla :

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ

"Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik". [Yûsuf/12:3]

Dan karena mengikuti sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam diminta membacakan kisah-kisah, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan kepada mereka ayat-ayat yang diturunkan Allâh Subhanahu wa Ta'ala kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam surat Yûsuf ini.

Seperti itu pulalah yang dilakukan oleh Umar Radhiyallahu 'anhu ketika melihat orang-orang lebih suka membaca kitab yang bercerita tentang keajaiban-keajaiban umat terdahulu.[9]

Semoga Allâh meridhai para Salaf ! Betapa besar kesungguhan mereka dalam mengikuti sunnah nabi!”

Kemudian beliau melanjutkan, “Umar bin al-Khathtab Radhiyallahu 'anhu serta para sahabat lainnya telah mendengar desas-desus bahwa raja Ghassân hendak menyerang mereka. Namun hal itu tidak menghalangi mereka untuk menuntut ilmu dengan alasan mengikuti perkembangan ! Sangat disayangkan sekali, bila Anda memasuki perpustakaan-perpustakaan umum yang biasa dikunjungi oleh para pelajar, akan Anda lihat mereka lebih banyak berkumpul di bagian majalah dan koran-koran sedang asyik mengulas berita. Padahal perpustakaan itu dipenuhi dengan koleksi kitab-kitab tauhid, tafsir dan hadits. Jarang sekali Anda lihat mereka menjamah kitab-kitab tersebut kecuali bila terpaksa, misalnya untuk menulis makalah untuk meraih gelar atau untuk mencari sesuap nasi. Kecuali segelintir pelajar saja yang memang benar-benar berminat menimba ilmu agama! Sungguh aneh memang! Berapa banyak diantara mereka yang tidak memiliki buku doa harian dan dzikir nabawi. Wajar saja karena dzikir dan wirid mereka bersama siaran-siaran radio dan televisi serta berita-berita koran ! Wallâhul Musta'ân.

Syaikh al-Albâni rahimahullah mengkritik perkataan Nashir al-Umar tentang referensi fiqih wâqi' yang mengatakan, "Berita politik dan informasi dari media massa merupakan referensi terpenting sekarang ini. Dalam bentuk media cetak (koran dan majalah) maupun audio visual (radio dan televisi). Sebagai contoh : koran, majalah, tabloid, bulletin, informasi dari sejumlah kantor berita internasional, siaran radio dan televisi, kaset, piagam dan beberapa media informasi modern lainnya"

Salah seorang hadirin bertanya kepada Syaikh al-Albâni rahimahullah , "Bagaimana pandangan Anda tentang referensi tersebut ?" Syaikh al-Albâni rahimahullah menjawab, "Itu musibah! Kita semua tahu bahwa berita yang disebarkan oleh orang kafir ke negara-negara Islam hanyalah untuk memperdaya kaum Muslimin. Lalu bagaimana mungkin berita-berita seperti itu digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi ? Sebagai konsekuensinya, harus dibentuk tim wartawan atau reporter Muslim yang tugasnya khusus mempelajari berita-berita itu menurut kode etik aqidah dan agama. Tim ini harus independen, tidak boleh bergantung kepada pihak lain sebagaimana yang Anda singgung tadi. Sumber berita yang Anda sebutkan tadi tentu tidak sama dengan konsekuensi yang saya sebutkan ini !"

Nashir al-Umar berusaha membela diri, ia mengklaim telah memberi batasan-batasan dan pantangan-pantangan, ia menyebutkan diantaranya :

"Pertama, memegang teguh kaedah-kaedah dasar syariat, pedoman ilmiah dan logika dalam menganalisa berita, memprediksi kemungkinan dan meramalkan masa depan.

Kedua, mengecek kebenaran berita dan teliti dalam menyampaikannya. Saya telah menjelaskan masalah ini sebagai berikut : Tindakan yang tepat, menjauhi bahaya dan kesalahan serta memperhatikan batasan-batasan tersebut dalam menerima berita."

Syaikh al-Albâni rahimahullah berkata: "Akan tetapi hal itu tidak mungkin diwujudkan. Anda meletakkan kaedah yang teoritis dan cuma berlaku di atas kertas saja! Hal itu tidak mungkin diwujudkan kecuali dengan konsekuensi yang saya sebutkan tadi. Dan itu merupakan tanggung jawab pemerintah, bukan tanggung jawab kelompok tertentu apalagi orang-perorang. Sebagaimana yang kami ketahui, saluran radio BBC London bukanlah milik pemerintah, namun milik perusahaan swasta.

Syaikh rahimahullah melanjutkan: "Jadi harus ada lembaga atau badan yang didirikan atas kesepakatan negara-negara Islam untuk melaksanakan fardhu kifâyah ini dalam rangka membantu memahami berita-berita tersebut. Jika pemerintah tidak sanggup -–dalam hal ini pemerintahlah yang paling berhak dan paling kuasa melaksanakan fardhu kifayah tersebut-- barulah badan-badan swasta yang ditangani oleh kaum Muslimin yang punya kepedulian dalam masalah ini yang melaksanakannya. Mereka harus menugaskan pekerja-pekerjanya untuk menukil berita-berita itu, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Jika hal itu terlaksana barulah kita tidak lagi bergantung kepada pihak lain dalam mengolah berita musuh dan seteru kita. Kemudian barulah kita coba menerapkan batasan-batasan yang Anda sebutkan tadi. Sebab, tidak seorangpun dapat memastikan kebenaran berita-berita itu selama masih bersumber dari orang-orang kafir. Sama halnya bila kita ingin memastikan kebenaran sejumlah berita dalam Taurat dan Injil, manakah yang benar dan mana yang salah. Hal itu hanya dapat dilakukan setelah membandingkannya dengan berita orang yang terpercaya lagi tsiqah.....

Jika mereka itu tidak ada, maka putuslah mata rantai orang-orang yang ingin menyelami fiqh waqi' dan hanya bersandar kepada berita-berita yang datang dari negera kafir dan sesat serta berita-berita dari orang fasik dan jahat. Maka tidaklah mungkin merealisasikan gagasan-gagasan Anda itu. Oleh sebab itu, fiqh waqi' seperti yang Anda sebutkan itu hanyalah teori belaka, tidak mungkin diwujudkan di alam nyata. Kecuali dengan mendirikan suatu badan yang menugaskan beberapa orang untuk menukil berita lewat jalur terpercaya sebagaimana halnya proses pengolahan berita yang tertuang dalam ilmu mushtalah hadits."

al-Umar berkata, "Bagaimana jika kita menunggu sampai hal itu ada, wahai Syaikh?"

Syaik al-Albâni rahimahullah menanggapi, "Hal itu sangat sulit diwujudkan!"

al-Umar berkata, "Bukankah kita boleh mengambil faedah dari sebagian orang, wahai Syaikh...."

Syaikh al-Albâni rahimahullah menjawab: "Semoga Allâh memberkati Anda, berhubung melimpahnya berita dan banyaknya sumber berita dari kalangan kaum kafir, maka akibatnya seseorang akan tenggelam ditelan gelombang berita tersebut. Hal itu sangat sulit terealisasi sekarang ini !"[10]

Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata, "Apa sandaran fiqih yang mereka sebut fiqh waqi' itu ? Apakah koran, majalah dan siaran-siaran radio ? Bukankah berita-berita koran, majalah dan radio itu banyak bohongnya ? Media-media informasi cetak maupun eletronik sekarang ini tidak bisa dijadikan sandaran. Boleh jadi beberapa rancangan terdahulu sudah basi karena keadaan ternyata berubah! Bilamana seorang yang berakal memperhatikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu dua puluh tahun terakhir ini tentu ia dapat mengetahui bahwa seluruh prediksi yang mereka sebutkan itu tidak lagi riil. Oleh sebab itu menurut kami memalingkan para pemuda dari menuntut ilmu agama dan mengalihkannya kepada berita-berita fiqih waqi' itu, membolak-balik majalah, koran dan mendengar siaran-siaran berita merupakan penyimpangan manhaj!"[11]

Itulah nasihat dari para ulama rabbani kepada umat khususnya kepada para pemuda dan kalangan penuntut ilmu. Janganlah terpedaya dengan syubhat-syubhat yang menyesatkan, sehingga kita terpalingkan dari kebenaran dan hidayah, wallahul musta’ân.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi, 04-05/Tahun XIV/1431/2010M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]

_______

Footnote

[1]. HR at-Tirmidzi dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu 'anhu, dan dishahihkan oleh al-Albâni rahimahullah dalam Silsilah Shahihah (3327).

[2]. HR Bukhâri dari Utsmân bin Affân Radhiyallahu 'anhu.

[3]. HR Bukhâri dan Muslim dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anha.

[4]. HR Bukhâri dan Muslim Abu Musa al-Asy’âri Radhiyallahu 'anha.

[5]. HR Muslim dari Abu Umâmah Radhiyallahu 'anhu

[6]. HR Tirmidzi dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dan dihasankan oleh al-Albâni dalam Shahihul Jâmi’ (8030).

[7]. Majalah al-Bayân dan as-Sunnah yang diterbitkan oleh Yayasan Muntada Islami Birmingham London UK yang dikepalai oleh Muhammad Surur! Bukan majalah as-Sunnah kita ini, seperti yang dikira oleh sebagian penyebar fitnah berusaha melakukan kebohongan publik dan fitnah keji, wallahul musta’aan.

[8]. Hilyatul Auliyâ', I/203

[9]. Diriwayatkan oleh Ibnul Dharis dalam Fadhâilul Qur'ân (88) dan al-Khathib dalam al-Jâmi' (1490), dicantumkan juga oleh Ibnul Jauji dalam kitab Tarikh Umar, hlm. 145.

[10]. Dinukil dari kaset Silsilatul Huda wan Nûr bertajuk Fiqhul Waqi', berisi rekaman dialog antara Syaikh al-Albâni rahimahullah dengan Nashir al-Umar pada tahun 1412 H.

[11]. Dinukil dari kaset bertajuk: "Dialog Syeikh Abul Hasan Al-Ma'ribi dengan Syeikh Ibnu Baz dan Ibnu Utsaimin".

*****

Sumber : almanhaj.or.id

.

Subhanakallohumma wa bihamdihi,

Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika

Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamin

Saturday, August 14, 2010

FILE 180 : Tips Seputar Puasa

Bismillahirrohmanirrohim

Walhamdulillah, wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillah Shollallohu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam

Wa ba'du

……

Sehat dan Berstamina Saat Puasa

Penulis:

dr. Avie Andriyani Ummu Shofiyyah

.

Apakah para pembaca sekalian saat ini dalam keadaan sehat dan bugar? Atau apakah istri/suami, anak, sanak kerabat, tetangga, sahabat dan relasi Anda semua ada yang jatuh sakit? Sudahkah saudara dan saudariku semua menengok ke ruang bangsal di rumah sakit? Berapa jumlah mereka yang terbaring di sana? Lalu, apakah pelajaran yang bisa dipetik dari kisah mereka yang tidak dalam kondisi sehat?

Alhamdulillah, kata itulah yang mestinya senantiasa meluncur dari lisan kita atas berbagai kenikmatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan kepada kita, diantaranya adalah sehat jiwa dan raga kita. Dengan badan yang sehat, tentu aktivitas ibadah dan keseharian kita akan berjalan baik dan lancar. Sehingga wajar apabila dalam suatu kesempatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Ada dua kenikmatan yang sering lalai untuk disyukuri oleh kebanyakan manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari no. 6412)

Saudara dan saudariku, waktu ternyata begitu cepat berlalu. Tanpa terasa, bulan suci Ramadhan hampir menyapa kita, karena kedatangannya yang sudah hampir di pelupuk mata. Bulan agung yang senantiasa ditunggu dan dinantikan oleh umat Islam di berbagai penjuru dunia. Mengapa?

Karena pada bulan ini adalah bulan yang Allah muliakan di antara bulan-bulan yang lainnya. Banyak keutamaan pada bulan ini, diantaranya adalah dilipatgandakannya pahala amal ibadah dan diampuninya dosa-dosa. Tentu kita tidak ingin melewatinya dengan sia-sia atau berlalu begitu saja. Bahkan kita tidak ingin niatan amal soleh di bulan Ramadhan ini terhalang oleh sesuatu, terutama sakit. Demikianlah harapan kita, namun apa yang hendak dikata jika qadarullah (karena takdir Allah) kita mengidap atau terserang suatu penyakit, atau karena sebab lain yang menghambat ibadah puasa kita, maka janganlah kita berkecil hati.

Pada kesempatan kali ini, akan dibahas mengenai puasa dalam kondisi khusus, seperti pada ibu hamil, menyusui, lansia (lanjut usia), anak kecil, dan orang dengan penyakit tertentu. Selain itu, akan disampaikan beberapa tips seputar kesehatan supaya kita senantiasa sehat dan berstamina saat puasa. Tak ketinggalan, juga akan disinggung mengenai berbagai macam gangguan kesehatan yang kelihatannya sepele tapi bisa mengganggu kelancaran berpuasa, dan tentu saja disertai dengan cara mengatasinya.

.

Puasa dalam Kondisi Khusus

1. Jika ibu hamil atau menyusui ingin berpuasa

Meskipun ada keringanan untuk tidak berpuasa, ada kalanya seorang wanita hamil atau menyusui ingin berpuasa. Mengingat kondisi tiap wanita berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, maka tidak heran jika ada yang terpaksa tidak sanggup berpuasa, namun ada pula yang sanggup berpuasa hingga satu bulan penuh.

Ada beberapa yang perlu diperhatikan bagi ibu hamil atau menyusui yang ingin berpuasa:

Konsultasikan dengan dokter mengenai kemungkinan berpuasa dalam kondisi hamil atau menyusui. Seorang dokter akan memberikan nasihat sesuai dengan kondisi masing-masing ibu. Adakalanya tidak diperbolehkan karena kondisi ibu yang memang tidak memungkinkan, ada yang diperbolehkan tapi tentu saja dengan beberapa catatan.

Mantapkan tekad terlebih dahulu, karena keyakinan akan sanggup berpuasa bisa menghilangkan was-was atau kekhawatiran akan kondisi ibu maupun anak. Mitos makan untuk dua orang (ibu dan anak) ketika hamil atau menyusui tidak sepenuhnya benar. Memang kebutuhan kalori dan zat gizi lainnya akan meningkat ketika hamil atau menyusui, namun bukan berarti dilipatgandakan menjadi dua kalinya. Pada dasarnya tidak ada efek buruk secara langsung bagi janin yang dikandung atau bayi yang disusui, dengan catatan selama seorang ibu tetap dapat memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari.

Kebutuhan tambahan kalori wanita hamil lebih kurang 285 kalori, yaitu wanita dengan kerja ringan 1900 kalori/hari, kerja sedang 2100 kalori/hari, dan kerja berat 2400 kalori/hari. Kecukupan gizi seimbang kira-kira 40 kalori/kgBB dengan komposisi protein 20-25%, lemak 10-25%, dan karbohidrat 50-60%. Sedangkan bagi ibu yang menyusui, pada 6 bulan pertama masa menyusui saat bayi hanya mendapat ASI (eksklusif), ibu perlu tambahan nutrisi 700 kalori/hari, 6 bulan selanjutnya 500 kalori, dan tahun kedua 400 kalori.

Pada dasarnya, berpuasa bisa dikatakan hanya menggeser waktu makan, sehingga ibu hamil atau menyusui tidak perlu khawatir dirinya akan makan lebih sedikit dari biasanya. Cara memenuhi kebutuhan kalori pada saat sedang hamil atau menyusui tapi tetap ingin berpuasa, salah satunya adalah dengan makan lagi setelah sholat tarawih. Tentu saja, makanan yang disantap tidak harus makanan berat, tapi bisa juga camilan padat gizi yang menyehatkan atau kudapan berbahan sayur dan buah (misalnya salad). Dengan begitu, seorang ibu hamil atau menyusui tetap makan 3 kali dalam sehari.

Bagi ibu menyusi, dalam menu sahur dan berbuka hendaknya ditambah makanan yang merangsang produksi ASI seperti daun katuk dan daun pepaya, serta diusahakan banyak minum air hangat. Biasanya, pola menyusui akan berubah. ASI pada siang hari lebih sedikit dibandingkan malam hari. Usahakan menyusui setelah sahur lebih lama dan segera susui bayi setelah berbuka.

Tetap konsumsi suplemen khusus bagi ibu hamil atau menyusui (zat besi, kalsium, asam folat, dan lain-lain).

Jangan memaksakan diri dan usahakan untuk mengukur kemampuan diri sendiri. Jangan sampai hanya karena ingin seperti ibu lain yang sanggup berpuasa ketika hamil atau menyusui, kemudian memaksakan diri untuk tetap berpuasa. Jika tubuh terasa lemas, pusing, atau berkunang-kunang, segera saja batalkan puasa.

Jangan lupa untuk berdo’a meminta kemudahan kepada Allah dalam menjalankan ibadah puasa, karena hanya Allah Ta’ala yang mampu menguatkan kita sehingga mampu berpuasa meskipun dalam kondisi lemah karena sedang hamil atau menyusui. Oleh karena itu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam mencontohkan kepada kita untuk berdoa:

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً. رواه ابن حبان

“Ya Allah tiada kemudahan melainkan sesuatu yang Engkau jadikan mudah, dan Engkau menjadikan kesusahan, bila Engkau kehendaki bisa menjadi mudah.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya no. 2427 (Mawaarid), Ibnus Sunni no. 351. Al-Hafizh berkata: Hadits di atas sahih, dan dinyatakan shahih pula oleh Abdul Qadir Al-Arnauth dalam Takhrij Al-Adzkar oleh Imam An-Nawawi, lihat Hisnul Muslim-red)

2. Jika orang tua berusia lanjut/lansia ingin berpuasa

Para lansia cenderung memiliki keinginan berpuasa yang lebih tinggi walaupun kondisi fisik mereka sudah mulai menurun. Bahkan, para lansia memiliki kecenderungan berlomba-lomba memperbanyak ibadah, mengingat usia yang sudah tidak muda lagi.

Pada dasarnya, tidak ada larangan bagi lansia untuk berpuasa. Tentu saja dengan catatan kondisi fisiknya masih kuat (tidak lemah) dan tidak sedang sakit berat. Bahkan, berdasarkan banyak pengalaman dari lansia yang berpuasa, justru merasakan banyak manfaat yang diperoleh seperti terkontrolnya kadar gula darah, tekanan darah, kadar kolesterol, dan lain-lain. Meskipun demikian, puasa harus dilakukan dengan niat ikhlas untuk mengharap wajah Allah. Sedangkan nikmat kesehatan, itu hanyalah efek samping dari melakukan puasa dan bukan tujuan utama yang dicari-cari.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh lansia yang ingin berpuasa :

  • Pastikan bahwa kondisi fisik masih kuat dan mampu untuk melaksanakan puasa. Dalam hal ini bisa dipastikan dengan memeriksakan diri ke dokter. Selain memeriksa fisik, biasanya seorang dokter juga akan meminta dilakukan pemeriksaan laboratorium (darah, urin) untuk mengetahui beberapa penanda yang mengarah pada penyakit atau kelainan tertentu, seperti kadar gula, kolesterol, asam urat, dan lain-lain. Selanjutnya banyak berkonsultasi dan minta nasehat terkait dengan kondisi kesehatan tubuh jika nantinya melakukan puasa.
  • Hendaknya lansia yang ingin berpuasa tidak sedang mengalami penyakit komplikasi dan penyakit infeksi yang berat.
  • Terapkan pola makan sehat dan jangan hanya mengandalkan suplemen. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa menu makanan yang sehat jika dikombinasikan dengan aktivitas fisik dan mental yang teratur, dapat membantu hidup menjadi lebih sehat dan berkualitas. Disamping mengonsumsi makanan bergizi seimbang, perhatikan pula besarnya porsi sajian. Satu hal yang perlu digaris bawahi, hendaknya memilih aneka ragam makanan padat gizi, karena kita tidak dapat menggantikan makanan bergizi seimbang dengan suplemen apapun. Ada beberapa hal penting seputar makanan yang harus diperhatikan oleh para lansia, antara lain : banyak mengonsumsi makanan berserat, minum banyak cairan, kurangi lemak dan kolesterol, batasi garam, dan jauhi minuman keras.
  • Tetap berolahraga dan aktif secara fisik. Sesuaikan dengan kemampuan fisik, mengingat dari segi usia yang sudah tidak muda lagi. Konsultasikan dengan dokter sebelum memulai olah raga, karena termasuk kategori aktivitas berat.

3. Jika anak kecil (yang belum baligh) ingin berpuasa

Tidak jarang, anak-anak yang belum baligh sudah mengutarakan keinginannya untuk ikut berpuasa. Sebagai orangtua, tentu hal ini sangat menggembirakan sekaligus membanggakan. Setiap orangtua tentu menginginkan anaknya menjadi anak yang sholih dan sholihah. Karena alasan itulah, banyak orangtua yang berniat mendidik anak untuk mengenal dan melakukan ibadah sedini mungkin. Hal ini tentu sangat baik, karena semakin dini seorang anak dikenalkan dengan ibadah, maka diharapkan akan menjadi kebiasaan dan terpatri di dalam jiwa anak mengenai pentingnya ibadah tersebut.

Ada begitu banyak manfaat puasa bagi kesehatan anak, diantaranya adalah pola atau jadwal makan menjadi lebih teratur sehingga berdampak positif bagi kesehatan lambung anak. Selain itu, dengan berpuasa, anak tidak lagi makan berlebihan sehingga kemngkinan anak mengalami obesitas (kegemukan) dapat dikurangi. Jajanan yang tidak sehat juga dapat dikurangi selama bulan puasa, karena otomatis anak tidak jajan sembarangan ketika siang hari. Hal ini, tentu akan mengurangi kemungkinan munculnya berbagai penyakit seperti diare dan demam typhoid (typhus) akibat memakan jajanan yang kurang bersih.

Selain manfaat yang dirasakan oleh tubuh, puasa juga bisa melatih kecerdasan emosional anak. Apalagi, anak-anak masih sangat tinggi kadar ego/keakuannya. Dengan berpuasa, anak-anak dilatih untuk menahan diri dari makan dan minum, padahal di luar bulan ramadhan, mereka bisa makan kapan saja. Jangan lupa untuk mengajarkan pada anak mengenai pentingnya menahan lisan dari berkata-kata yang tidak baik dan menahan diri dari amarah ketika ada hal-hal yang tidak disukai.

Namun, tidak sedikit pula orangtua yang justru menjadi khawatir dengan kesehatan anak jika mereka ikut berpuasa. Lalu, pada umur berapakah idealnya seorang anak mulai belajar puasa? Meski belum banyak dilakukan penelitian, sejauh ini belum pernah diketahui ada anak yang mengalami sakit atau gangguan kesehatan yang berat akibat berpuasa. Sebaiknya, ada tahap waktu yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan fisik serta mental anak.

Mulai usia 3 tahun, orangtua bisa memperkenalkan “suasana” puasa di bulan ramadhan. Ajak mereka untuk bangun sahur, makan bersama orang yang berbuka puasa, sholat tarawih, dan sebagainya. Tentu saja dengan catatan tidak ada paksaan atau ancaman.

Puasa setengah hari bisa diperkenalkan pada anak usia 5 tahun. Tentu saja, orang tua tetap harus memberikan pengertian pada anak bahwa ibadah puasa yang mereka lakukan masih bersifat “latihan” dan bukanlah ibadah puasa yang sesungguhnya.

Di atas usia 6 tahun, kita bisa memperkenalkan puasa penuh namun tetap kita berikan kelonggaran jika sewaktu-waktu anak merasa tidak kuat sehingga ingin berbuka. Usia memang bukan satu-satunya patokan, mengingat kemampuan puasa juga sangat dipengaruhi oleh niat dan tekad masing-masing anak. Anak yang berusia lebih muda terkadang justru lebih kuat berpuasa dibanding anak yang berusia jauh di atasnya. Tentu saja hal ini disebabkan oleh tekad baja si anak dalam menjalankan ibadah puasa.

Agar puasa anak berjalan lancar, orang tua bisa mempraktekkan kiat-kiat praktis berikut ini :
Ajak anak untuk sahur, karena sahur sangat penting untuk ketahanan anak dalam menjalankan puasa. Bangunkan dengan hati-hati dan terus motivasi anak untuk mau bangun sahur. Jangan menggunakan paksaan atau ancaman, karena hal tersebut sangat tidak baik untuk kondisi mental dan kejiwaan anak. Berikan makanan yang tinggi kalori dan protein pada anak ketika sahur, supaya anak mempunyai cadangan energi yang cukup untuk beraktivitas selama berpuasa. Cukupi kebutuhan cairan anak supaya tidak terjadi dehidrasi (kekurangan cairan). Usahakan tercukupi 6-8 gelas cairan. Cairan yang dimaksud tidak hanya air putih, tapi termasuk juga susu, jus buah, kuah sayur, dan lain-lain.

Setelah selesai sahur, ajak anak untuk sholat subuh berjama’ah. Selain mengajarkan pentingnya sholat berjama’ah, kebiasaan ini juga bisa mengusir rasa kantuk pada anak. Usahakan supaya anak tidak langsung tidur kembali dengan perut penuh setelah makan sahur.

Setelah sholat subuh, ajak anak untuk melakukan aktivitas yang tidak terlalu menguras tenaganya, seperti membaca Al-Qur’an, membacakan buku cerita untuk mereka, atau mengulang hafalan do’a sehari-hari. Hindarkan anak-anak dari aktivitas yang menguras tenaga, seperti bermain kejar-kejaran misalnya. Boleh juga mengajak mereka kembali tidur kalau masih ada waktu sebelum berangkat sekolah, tapi tentu saja jangan berlebihan, karena justru membuat badan menjadi lemas.

Perhatikan jadwal tidur dan istirahat anak supaya tidak kekurangan atau justru berlebihan. Pada waktu siang, hendaknya anak tidur seperti biasanya supaya badan beristirahat setelah seharian beraktivitas.

Sore harinya, anak boleh melakukan aktivitas yang lebih banyak, seperti berolahraga misalnya, tapi hendaknya dipilih waktu ketika mendekati saat berbuka puasa.

Hendaknya ibu menyiapkan menu makanan berbuka yang bergizi dan disukai anak, misalnya kurma yang dimakan langsung atau dimodifikasi menjadi puding kurma, kue kurma, es buah kurma dan lain-lain. Hal ini tentu akan makin menambah semangat anak. Apalagi, kurma merupakan salah satu makanan yang mengandung gula sederhana yang siap dipakai oleh tubuh. Selain itu, kurma mengandung kalori dan kalium tinggi yang mudah diserap oleh tubuh, dan sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Jangan berlebihan dalam menyiapkan menu berbuka untuk melatih anak supaya tidak makan berlebihan.

Menjelang tidur, kita bisa memberikan susu atau air madu untuk menambah tenaga bagi anak kita setelah mereka banyak melakukan aktivitas seharian. Berikan juga camilan padat gizi sebagai selingan atau boleh juga menawarkan anak untuk makan lagi dengan porsi kecil.

Tentu setiap orangtua menginginkan yang terbaik bagi buah hatinya. Tekad anak untuk bisa beribadah puasa tentu patut kita syukuri. Sebagai orangtua, hendaknya kita tidak melarang anak-anak ikut berpuasa, tapi justru harus mendukung tekad anak supaya puasa mereka berjalan dengan lancar.

Terkadang ada yang melarang anak-anak berpuasa dengan alasan sebagai bentuk rasa kasih sayang. Padahal, salah satu bentuk rasa kasih sayang pada anak justru dengan memerintahkan mereka untuk mengerjakan syariat-syariat Islam dan membiasakannya. Tentu saja dengan tetap mempertimbangkan jangan sampai memberatkan atau memadharatkan anak-anak. Tak perlu khawatir kesehatan anak akan terganggu karena menjalankan ibadah puasa. Selain usaha-usaha yang ditempuh supaya anak tetap sehat ketika berpuasa, jangan lupa untuk berdo’a demi kebaikan dan kesehatan anak.

4. Jika seseorang dengan penyakit tertentu ingin berpuasa

Pada dasarnya, selama penyakit yang diderita bukan penyakit komplikasi dan infeksi berat, seseorang tetap boleh berpuasa. Tentu saja dengan catatan penyakitnya terkontrol, tetap minum obat, serta rutin memeriksakan diri ke dokter.

Berikut ini, kami sampaikan 3 penyakit yang masih bisa tetap berpuasa dengan beberapa catatan:

a. Pada penderita sakit maag, puasa tetap diperbolehkan. Gejala yang sering dikeluhkan penderita maag antara lain rasa tidak nyaman di ulu hati, mual, muntah, kembung, rasa panas di ulu hati, cepat kenyang, dan mulut pahit. Serangan dapat datang tiba-tiba dan hilang timbul.

Penyakit maag atau dispepsia digolongkan dalam 2 kelompok, yaitu organik dan fungsional. Dikatakan organik bila pada endoskopi ditemukan kelainan di kerongkongan, lambung, dan usus 12 jari. Fungsional, bila pada endoskopi tidak ditemukan kelainan.

Puasa pada dispepsia fungsional dapat meringankan bahkan menyembuhkan penyakit maag-nya. Memang pada hari-hari awal puasa terasa tidak nyaman. Seiring dengan berjalannya waktu, pola makan yang cukup dan teratur justru membuat kondisi kesehatan penderita maag semakin membaik, biidznillah (dengan seizin Allah).

Sedangkan puasa pada penderita dispepsia organik harus dilihat penyebabnya. Bila ada polip atau tumor, ulkus/luka, perdarahan, nyeri hebat, maka tidak diperbolehkan puasa. Pada penderita penyakit maag, sangat dianjurkan untuk makan sahur, karena sangat bermanfaat sebagai persiapan puasa. Pada saat berbuka, penderita dianjurkan makan dan minum yang manis terlebih dulu. Jangan makan dalam porsi besar, kurangi makanan berlemak dan makanan yang merangsang seperti asam atau pedas. Hindari makanan yang banyak mengandung gas seperti buncis, kubis, sawi putih, brokoli, bawang, dan telur. Hindari minuman soda, alkohol, dan kopi.

b. Pada penderita dengan penyakit ginjal, puasa diperbolehkan bila fungsi ginjal masih baik yaitu derajat 1 dan 2 (60-90% ginjal berfungsi). Penderita dengan fungsi ginjal derajat 3 dan 4 (15-60% ginjal berfungsi) tidak dianjurkan puasa. Sedangkan penderita yang menjalani hemodialisis/cuci darah (derajat 5) tidak diperbolehkan.

Sangat dianjurkan bagi penderita penyakit ginjal yang berpuasa untuk minum air putih yang cukup agar tidak terjadi dehidrasi. Namun demikian, jangan sampai konsumsi cairan berlebih karena bisa menyebabkan sesak napas. Selain itu, kandungan protein pada makanan harus dikurangi agar tidak memperberat kerja ginjal. Dan jangan lupa, tetap rutin mengonsumsi obat yang diresepkan dokter serta memeriksakan diri sesuai jadwal yang ditetapkan.

c. Untuk penderita kencing manis (Diabetes Mellitus/DM), puasa diperbolehkan bila kadar gula darahnya terkendali.

Selain itu, puasa juga boleh dilakukan oleh :

  • Penderita DM tipe-1 (diabetes karena kurangnya produksi insulin) yang stabil atau terkendali dengan perencanaan makan dan olah raga
  • Penderita DM tipe-2 (diabetes akibat kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin) dengan berat badan lebih serta kontrol yang baik dan pengawasan glukosa darah secara ketat
  • Penderita DM yang mendapat suntikan insulin satu kali per hari.

Sedangkan yang tidak dianjurkan puasa antara lain :

  • Penderita DM dengan kadar gula yang tinggi sekali atau tidak stabil
  • Penderita DM yang tidak mengikuti diet, pemakaian obat dan pengaturan aktivitas
  • Penderita DM tipe 1 yang tidak stabil
  • Penderita tipe-1 dan tipe-2 dengan kontrol yang buruk
  • Penderita DM yang disertai komplikasi jantung, ginjal dan hati (karena kekurangan cairan dapat semakin membahayakan kerja organ-organ penting tersebut)
  • Penderita DM yang mendapatkan suntikan insulin dua kali sehari atau lebih
  • Penderita DM dengan komplikasi serius
  • Penderita DM dengan riwayat ketoasidosis
  • Penderita DM yang sedang hamil
  • Penderita DM yang sedang mengalami infeksi
  • Penderita DM dengan usia tua dengan masalah kesadaran
  • Penderita DM yang mengalami dua kali atau lebih episode hipoglikemia selama berpuasa di bulan Ramadhan.

Penderita DM disarankan supaya memantau kadar glukosa darah dengan ketat dan belajar mengenali gejala hipoglikemia dan dehidrasi sejak dini. Hipoglikemi adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah rendah karena tidak ada keseimbangan antara makanan yang dimakan, latihan jasmani, dan obat yang digunakan. Gejala hipoglikemi antara lain berkeringat dingin, gemetar, pusing, lemas, mata berkunang-kunang, dan rasa perih di ulu hati seperti orang kelaparan. Bila mengalami gejala seperti ini, hendaknya segera minum segelas teh manis atau sirup dan segera periksa ke dokter. Jika glukosa darah kurang dari 63 mg/dl sebaiknya segera berbuka.

Penderita DM sangat dianjurkan mengakhirkan waktu makan sahur serta menghindari makanan manis. Penderita DM dapat berbuka dengan makanan dan minuman yang menggunakan gula rendah kalori. Penderita sebaiknya mengkonsumsi karbohidrat tinggi serat seperti sereal atau roti gandum. Hendaknya tetap rutin mengonsumsi obat supaya kadar gula darahnya terkontrol, dan konsultasikan dengan dokter mengenai jadwal pemberian obat dan dosisnya.

.

TIPS SEHAT SELAMA MENJALANKAN IBADAH PUASA

Usahakan selalu bangun untuk makan sahur.

Sahur sangat penting untuk mendukung kelancaran ibadah puasa, karena makanan yang kita santap pada saat sahur akan menjadi cadangan energi selama kita berpuasa. Oleh karena itu, usahakan untuk tidak meninggalkan sahur ketika akan berpuasa karena terdapat berkah dalam makan sahur. Seperti yang terdapat dalam hadits dari Anas Ibnu Malik, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam makan sahur itu ada berkahnya.” (Muttafaq ‘Alaih)

1. Jangan terlalu kenyang saat sahur

Banyak orang yang makan sebanyak-banyaknya ketika sahur dengan tujuan supaya kuat berpuasa. Padahal, terlalu banyak makan ketika sahur justru tidak baik karena akan menyebabkan melonjaknya kadar gula dalam darah serta merangsang keluarnya hormon insulin secara berlebihan. Hormon insulin ini akan mengangkut gula darah ke seluruh jaringan tubuh guna diubah menjadi glikogen atau lemak. Apabila kita makan terlalu banyak, maka glikogen dan lemak yang dihasilkan juga berlebihan. Padahal, lemak yang berlebihan sukar diuraikan menjadi gula darah kembali. Akibatnya, seseorang yang makan berlebihan saat sahur tidak bertambah segar, tapi justru semakin merasa lemas dan lesu.

2. Perbanyak konsumsi makanan berserat

Serat sangat baik untuk pencernaan dan memperlancar buang air besar. Selain itu, makanan berserat akan memperlancar proses pengeluaran racun dari dalam tubuh serta dapat mengurangi konsentrasi radikal bebas dalam tubuh, hingga sel-sel tubuh menjadi lebih segar dan elastis.

3. Usahakan kebutuhan cairan tercukupi

Usahakan tetap mengkonsumsi air 8 gelas setiap harinya, caranya antara lain dengan meminum sekitar 2 gelas saat buka puasa, lalu setelah tarawih hingga menjelang tidur, minum lagi sebanyak 3-4 gelas. Sedangkan pada saat sahur bisa minum sebanyak 2 gelas lagi. Minum air tidak selalu berarti air putih saja, tetapi minum teh, susu, jus buah, koktil buah, bahkan kuah sayur juga termasuk dalam jumlah air yang kita konsumsi.

4. Segerakan berbuka ketika waktunya telah tiba

Hendaknya kita menyegerakan berbuka, seperti yang terdapat dalam salah satu hadits dari Sahal Ibnu Sa’ad, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

“Orang-orang akan tetap dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (Muttafaq ‘Alaih)

Syari’at Islam yang sempurna telah mengajarkan pada kita supaya tidak memberat-beratkan diri dengan menunda berbuka puasa padahal waktunya telah tiba karena hal ini akan berdampak buruk pada kesehatan terutama pada organ lambung.

5. Jangan berlebihan saat menyantap hidangan berbuka puasa

Ajaran Islam menganjurkan untuk tidak berlebihan dalam masalah makan dan minum, karena akan berakibat kurang baik bagi kesehatan kita. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada ‘bejana’ yang lebih buruk yang diisi oleh manusia daripada perutnya sendiri. Cukuplah seseorang itu mengonsumsi beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Kalau terpaksa, maka ia bisa mengisi sepertiga perutnya dengan makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga sisanya untuk nafasnya.” (HR. Ibnu Majah no. 3349 dan dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan Ibnu Majah no. 2720-red)

Dengan demikian, bisa kita pahami bahwasanya makan berlebihan tidak dianjurkan dalam Islam karena bisa menimbulkan berbagai macam akibat yang tidak baik bagi tubuh kita.

Pada saat berbuka puasa sebaiknya tidak langsung makan dan minum terlampau banyak. Berbuka puasa dengan makanan berat dalam jumlah banyak justru memberatkan kerja lambung yang sudah dibiarkan beristirahat sekitar 12 jam. Jangan sampai menjadikan waktu berbuka puasa sebagai ajang “balas dendam” setelah seharian menahan lapar dan haus. Setelah kadar gula darah berangsur-angsur kembali normal, lakukan shalat maghrib. Selang setengah jam kemudian, makanlah menu lengkap secukupnya. Setelah shalat tarawih, boleh makan lagi jika masih lapar.

6. Pilih menu yang sehat untuk sahur dan berbuka

Bagi para ibu rumah tangga, menyajikan menu berbuka bagi keluarga tentu sangat menyenangkan. Dan alangkah lebih bijaksana jika para ibu menyiapkan menu yang sehat dan bergizi untuk menunjang kelancaran ibadah puasa seluruh anggota keluarga. Dengan memasak sendiri insya Allah lebih terjamin kebersihan dan kesehatannya. Namun, jika memang hendak membeli makanan matang, perhatikan kebersihan dan juga komposisi makanan atau minumannya. Pilih warung makan yang terjamin kebersihan dan kehalalannya. Selain itu, hindari makanan atau minuman yang mengandung zat pengawet, pewarna, dan pemanis buatan.

7. Jangan sembarangan mengkonsumsi vitamin

Setiap orang tentu menginginkan bisa tetap aktif saat puasa dan tetap fit sepanjang hari. Dengan alasan itu, muncul kecenderungan untuk mengkonsumsi suplemen vitamin. Namun ada yang perlu diingat, vitamin bukanlah sebagai makanan pengganti (subtitusi). Yang penting kita harus makan makanan sehat dan bergizi sehingga kebutuhan akan vitamin tercukupi lewat makanan yang bervariasi. Hendaknya kita tidak meminum vitamin sembarangan tapi konsultasikan dulu pada dokter.

8. Tetap berolahraga selama puasa

Kondisi fisik seseorang yang sedang berpuasa memang cenderung lemas karena menahan lapar dan haus. Namun demikian, bukan berarti tidak boleh berolahraga. Seperti yang kita ketahui, olahraga penting guna menjaga kebugaran dan vitalitas tubuh. Terlebih lagi bagi orang-orang tertentu dengan gangguan kesehatan seperti pada penderita penyakit jantung dan diabetes mellitus (kencing manis), dimana olah raga sudah menjadi kebutuhan untuk mengontrol penyakitnya dalam rangka proses penyembuhan.

Satu hal yang perlu diingat, semua harus direncanakan, sehingga tidak menimbulkan efek buruk pada tubuh. Susun program olah raga sesuai dengan berat penyakit dan tingkat kebugaran. Saat puasa, seseorang tidak dianjurkan berolahraga sampai tenaganya terkuras habis atau sampai badan lemah karena kecapekan. Melakukan olahraga yang ringan namun berkelanjutan lebih baik daripada olah raga yang berat dan memforsir.

Olah raga yang dianjurkan, sebagai berikut :

  • Kontinu, yaitu harus berkesinambungan dan terus menerus.
  • Ritmis, yaitu dilakukan secara ritmis dan teratur, sehingga otot-otot berkontraksi dan berelaksasi secara teratur (Misal : jalan kaki, lari, joging, bersepeda, mendayung. Hindari olah raga yang banyak berhentinya seperti main golf, tenis, atau bulu tangkis).
  • Interval, yaitu dilakukan berselang-seling. Kadang cepat, kadang lambat, tapi tanpa berhenti (Misalnya, joging diselingi jalan atau jalan cepat diselingi jalan lambat).
  • Progresif, yaitu dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dengan beban latihan ditingkatkan perlahan-lahan sampai 30 menit.
  • Endurance, yaitu latihan ketahanan untuk meningkatkan kesegaran jantung dan pembuluh darah serta meningkatkan kardiorespirasi (Misal : joging, bersepeda).

Olah raga dimulai dengan pemanasan dan diakhiri dengan cooling down / peregangan masing-masing selama 5-10 menit. Olahraga bisa dilakukan satu jam atau 30 menit menjelang waktu berbuka supaya bisa segera minum pada saat waktu berbuka tiba. Sebaliknya, kurang tepat apabila olahraga dilakukan setelah makan sahur karena perut dalam keadaan kenyang sehingga dapat mengganggu kerja organ pencernaan. Selain itu, olahraga setelah makan sahur bisa menyebabkan badan capek sehingga muncul rasa haus dan lapar.

.

GANGGUAN KESEHATAN YANG BISA MENGHAMBAT KELANCARAN IBADAH PUASA

Berikut ini akan disampaikan pembahasan mengenai berbagai macam gangguan kesehatan yang kelihatannya sepele tapi bisa mengganggu kelancaran berpuasa, dan tentu saja disertai dengan cara mengatasinya :

a. Perut kembung

Perut kembung dapat menimbulkan rasa tidak nyaman sehingga mengganggu aktivitas orang yang berpuasa. Beberapa jenis makanan tertentu bisa menghasilkan gas di dalam saluran pencernaan, seperti buncis, kubis, sawi putih, brokoli, bawang, dan telur. Maka bagi yang peka terhadap makanan-makanan tersebut sebaiknya menghindari untuk sementara waktu. Selain itu, salah satu cara mencegah supaya tidak terjadi kembung adalah dengan mengunyah makanan dengan seksama untuk memudahkan proses pencernaan sehingga tidak terjadi pembentukan gas akibat proses fermentasi.

Untuk mengatasi perut kembung, bisa dengan minum secangkir teh jahe setelah makan. Teh jahe sangat baik untuk merangsang proses pencernaan makanan, sehingga makanan tidak terlalu lama berada di dalam usus kecil yang bisa memicu terbentuknya gas. Selain teh jahe, bisa juga mengatasi perut kembung dengan memakan pepaya. Pepaya mengandung enzim papain, yang bekerja membantu proses pemecahan makanan di dalam saluran pencernaan, sehingga pembentukan gas dapat dihindari.

b. Sembelit

Sembelit atau susah buang air besar merupakan gangguan yang cukup sering dikeluhkan orang yang berpuasa. Untuk mengatasinya, usahakan tetap mengonsumsi 8 gelas air setiap harinya, yaitu dengan meminum 2 gelas saat buka puasa, lalu setelah tarawih hingga menjelang tidur, minum lagi sebanyak 3-4 gelas. Sedangkan pada saat sahur, kita bisa minum sebanyak 2 gelas. Selain itu, jangan lupa untuk banyak mengonsumsi makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan baik pada saat sahur maupun berbuka. Mengonsumsi kurma saat berbuka puasa juga sangat dianjurkan, karena serat yang terkandung dalam kurma dapat memperlancar buang air besar.

c. Tenggorokan kering dan suara serak

Selama berpuasa, otomatis kita tidak mengonsumsi air selama kurang lebih 12 jam. Kondisi ini berpotensi besar menyebabkan tenggorokan kering dan kadang suarapun menjadi serak. Dengan begitu, kegiatan ibadah lainnya seperti membaca atau menghafal Al-Qur’an juga ikut-ikutan terganggu. Kita tentu tidak ingin kondisi ini berlanjut dan menyurutkan semangat kita dalam menjalani hari-hari di bulan puasa.

Untuk mencegahnya, pastikan asupan cairan kita cukup, yaitu dengan mengonsumsi air paling tidak 2 liter perhari bisa. Dianjurkan untuk menghindari gorengan dan makanan yang bisa memicu batuk. Karena batuk yang muncul bisa memperparah sakit tenggorokan dan membuat suara makin serak. Hindari jajanan baik makanan maupun minuman yang menggunakan pemanis buatan. Pada beberapa orang yang sensitif, zat-zat tambahan pada makanan atau minuman bisa memicu terjadinya batuk dan gangguan tenggorokan. Disamping itu, selama keluhan masih ada, hendaknya bicara seperlunya dan jangan bersuara keras-keras terlebih dahulu.

d. Badan kecapekan

Kita semua tentu berlomba-lomba ingin memperbanyak ibadah baik pada siang maupun malam bulan ramadhan. Oleh karena itu, jangan sampai aktivitas kita terhambat hanya karena badan kecapekan. Salah atu caranya adalah dengan cukup istirahat. Sempatkan untuk beristirahat di sela-sela rutinitas kita yang padat. Jangan memforsir ketika melakukan suatu kegiatan, tapi dikerjakan semampunya dan bertahap (tidak sekaligus). Hal ini untuk menghindari tenaga kita terkuras habis, padahal waktu berbuka masih lama.

Istirahat yang dimaksudkan disini tidak berarti seseorang jadi banyak tidur dengan alasan lemas karena puasa. Terlalu banyak tidur justru membuat badan tidak bugar dan cenderung menjadikan seseorang jadi malas beraktivitas. Hendaknya proporsional dalam masalah waktu tidur, yaitu diniatkan sekedar untuk menghimpun tenaga sehingga dapat beribadah di bulan ramadhan.

.

PENUTUP

Demikianlah penjelasan seputar kesehatan di bulan puasa. Semoga kita bisa menjalankan ibadah puasa dengan penuh semangat. Mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala menerima amal ibadah puasa kita dan senantiasa melimpahkan nikmat kesehatan pada kita semua.

.

Referensi :

1. Arief Mansjoer (editor) dkk. Buku Kapita Selekta Kedokteran UI Jilid 1. Tahun 1999. Penerbit Media Aesculapius, Universitas Indonesia, Jakarta.

2. Cunningham, Mac Donald, Gant. Textbook Williams Obstetry Edisi 18. Tahun 1995. Penerbit EGC, Jakarta.

3. David B. Reuben, MD dkk, Buku “Geriatrics at Your Fingertips “. Tahun 2001. Penerbit Excerpta Medica, Inc. USA.

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Buku Manajemen Laktasi.

5. Dr. C. Triwikatmani, Petunjuk Praktis Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2. Tahun 2002. Penerbit PB PERKENI, Jakarta.

6. Dr. Widodo Judarwanto, SpA, “Kiat Aman Berpuasa untuk Anak”. Jawa Pos, 22 Agustus 2009.

7. Dr. Hambrah Sri Atriadewi, “Atasi Gangguan Pencernaaan Saat Puasa dengan Konsumsi Kurma”. Healthy, edisi 01/tahun III/21 Agustus-3 September 2009.

8. Heidi Murkoff, dkk. Buku “Kehamilan, Apa yang Anda Hadapi Bulan per Bulan”. Tahun 2006. Penerbit Arcan, Jakarta.

9. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Metode Pengobatan Nabi, Bab “Mencegah Kelebihan Makan”, Tahun 2008. Penerbit Griya Ilmu, Jakarta.

10. One Day Simposium “Chronic Heart Failure, diagnosis, current management and cardio preventive care” , Solo, 24 Agustus 2008.

11. Scott C. Litin, M.D (editor). Mayo Clinic, Family Health Book Edisi 1, Tahun 2009, Penerbit PT Intisari Mediatama, Jakarta.

*****

Sumber : muslimah.or.id

.

Baca Juga :

.

Subhanakallohumma wa bihamdihi,

Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika

Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamin

Tuesday, August 10, 2010

FILE 179 : Bermaaf-maafan Sebelum Ramadlan

Bismillahirrohmanirrohim

Walhamdulillah, wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillah Shollallohu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam

Wa ba'du

……

Bermaaf-maafan Sebelum Ramadlan, Bolehkah .. ?

Penulis:

Yulian Purnama

.


Kali ini akan kita bahas mengenai sebuah tradisi yang banyak dilestarikan oleh masyarakat, terutama di kalangan aktifis da’wah yang beramal tanpa didasari ilmu, tradisi tersebut adalah tradisi bermaaf-maafan sebelum Ramadhan. Ya, saya katakan demikian karena tradisi ini pun pertama kali saya kenal dari para aktifis da’wah kampus dahulu, dan ketika itu saya amati banyak masyarakat awam malah tidak tahu tradisi ini. Dengan kata lain, bisa jadi tradisi ini disebarluaskan oleh mereka para aktifis da’wah yang kurang mengilmu apa yang mereka da’wahkan bukan disebarluaskan oleh masyarakat awam. Dan perlu diketahui, bahwa tradisi ini tidak pernah diajarkan oleh Islam.

Mereka yang melestarikan tradisi ini beralasan dengan hadits yang terjemahannya sebagai berikut:

Ketika Rasullullah sedang berkhutbah pada Shalat Jum’at (dalam bulan Sya’ban), beliau mengatakan Amin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan Amin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Amin. Tapi para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Amin sampai tiga kali. Ketika selesai shalat Jum’at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan: “ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, hai Rasullullah Amin-kan do’a ku ini,” jawab Rasullullah.

Do’a Malaikat Jibril itu adalah:
“Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:

1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);
2) Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri;
3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.

Namun anehnya, hampir semua orang yang menuliskan hadits ini tidak ada yang menyebutkan periwayat hadits. Setelah dicari, hadits ini pun tidak ada di kitab-kitab hadits. Setelah berusaha mencari-cari lagi, saya menemukan ada orang yang menuliskan hadits ini kemudian menyebutkan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (3/192) dan Ahmad (2/246, 254). Ternyata pada kitab Shahih Ibnu Khuzaimah (3/192) juga pada kitab Musnad Imam Ahmad (2/246, 254) ditemukan hadits berikut:

عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له : يارسول الله ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت : آمين قال الأعظمي : إسناده جيد

Dari Abu Hurairah: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam naik mimbar lalu bersabda: ‘Amin, Amin, Amin’. Para sahabat bertanya : “Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?” Kemudian beliau bersabda, “Baru saja Jibril berkata kepadaku: ‘Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua)’, maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Allah melaknat seorang hambar yang tidak bershalawat ketika disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin”.” Al A’zhami berkata: “Sanad hadits ini jayyid”.

Hadits ini dishahihkan oleh Al Mundziri di At Targhib Wat Tarhib (2/114, 406, 407, 3/295), juga oleh Adz Dzahabi dalam Al Madzhab (4/1682), dihasankan oleh Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid (8/142), juga oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Al Qaulul Badi‘ (212), juga oleh Al Albani di Shahih At Targhib (1679).

Dari sini jelaslah bahwa kedua hadits tersebut di atas adalah dua hadits yang berbeda. Entah siapa orang iseng yang membuat hadits pertama. Atau mungkin bisa jadi pembuat hadits tersebut mendengar hadits kedua, lalu menyebarkannya kepada orang banyak dengan ingatannya yang rusak, sehingga berubahlah makna hadits. Atau bisa jadi juga, pembuat hadits ini berinovasi membuat tradisi bermaaf-maafan sebelum Ramadhan, lalu sengaja menyelewengkan hadits kedua ini untuk mengesahkan tradisi tersebut. Yang jelas, hadits yang tidak ada asal-usulnya, kita pun tidak tahu siapa yang mengatakan hal itu, sebenarnya itu bukan hadits dan tidak perlu kita hiraukan, apalagi diamalkan.

Meminta maaf itu disyariatkan dalam Islam. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه أو شيء فليتحلله منه اليوم قبل أن لا يكون دينار ولا درهم إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيئات صاحبه فحمل عليه

Orang yang pernah menzhalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari dimana tidak ada ada dinar dan dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal shalih, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezhalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal shalih, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zhalimi” (HR. Bukhari no.2449)

Dari hadits ini jelas bahwa Islam mengajarkan untuk meminta maaf, jika berbuat kesalahan kepada orang lain. Adapun meminta maaf tanpa sebab dan dilakukan kepada semua orang yang ditemui, tidak pernah diajarkan oleh Islam. Jika ada yang berkata: “Manusia khan tempat salah dan dosa, mungkin saja kita berbuat salah kepada semua orang tanpa disadari”. Yang dikatakan itu memang benar, namun apakah serta merta kita meminta maaf kepada semua orang yang kita temui? Mengapa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabat tidak pernah berbuat demikian? Padahal mereka orang-orang yang paling khawatir akan dosa. Selain itu, kesalahan yang tidak sengaja atau tidak disadari tidak dihitung sebagai dosa di sisi Allah Ta’ala. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

إن الله تجاوز لي عن أمتي الخطأ والنسيان وما استكرهوا عليه

Sesungguhnya Allah telah memaafkan ummatku yang berbuat salah karena tidak sengaja, atau karena lupa, atau karena dipaksa” (HR Ibnu Majah, 1675, Al Baihaqi, 7/356, Ibnu Hazm dalam Al Muhalla, 4/4, di shahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah)

Sehingga, perbuatan meminta maaf kepada semua orang tanpa sebab bisa terjerumus pada ghuluw (berlebihan) dalam beragama.

Dan kata اليوم (hari ini) menunjukkan bahwa meminta maaf itu dapat dilakukan kapan saja dan yang paling baik adalah meminta maaf dengan segera, karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput. Sehingga mengkhususkan suatu waktu untuk meminta maaf dan dikerjakan secara rutin setiap tahun tidak dibenarkan dalam Islam dan bukan ajaran Islam.

Namun bagi seseorang yang memang memiliki kesalahan kepada saudaranya dan belum menemukan momen yang tepat untuk meminta maaf, dan menganggap momen datangnya Ramadhan adalah momen yang tepat, tidak ada larangan memanfaatkan momen ini untuk meminta maaf kepada orang yang pernah dizhaliminya tersebut. Asalkan tidak dijadikan kebiasaan sehingga menjadi ritual rutin yang dilakukan setiap tahun.

Wallahu’alam.


***

Sumber : kangaswad.wordpress.com

.

Baca Juga :

.

Subhanakallohumma wa bihamdihi,

Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika

Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamin