Saturday, August 14, 2010

FILE 180 : Tips Seputar Puasa

Bismillahirrohmanirrohim

Walhamdulillah, wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillah Shollallohu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam

Wa ba'du

……

Sehat dan Berstamina Saat Puasa

Penulis:

dr. Avie Andriyani Ummu Shofiyyah

.

Apakah para pembaca sekalian saat ini dalam keadaan sehat dan bugar? Atau apakah istri/suami, anak, sanak kerabat, tetangga, sahabat dan relasi Anda semua ada yang jatuh sakit? Sudahkah saudara dan saudariku semua menengok ke ruang bangsal di rumah sakit? Berapa jumlah mereka yang terbaring di sana? Lalu, apakah pelajaran yang bisa dipetik dari kisah mereka yang tidak dalam kondisi sehat?

Alhamdulillah, kata itulah yang mestinya senantiasa meluncur dari lisan kita atas berbagai kenikmatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan kepada kita, diantaranya adalah sehat jiwa dan raga kita. Dengan badan yang sehat, tentu aktivitas ibadah dan keseharian kita akan berjalan baik dan lancar. Sehingga wajar apabila dalam suatu kesempatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Ada dua kenikmatan yang sering lalai untuk disyukuri oleh kebanyakan manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari no. 6412)

Saudara dan saudariku, waktu ternyata begitu cepat berlalu. Tanpa terasa, bulan suci Ramadhan hampir menyapa kita, karena kedatangannya yang sudah hampir di pelupuk mata. Bulan agung yang senantiasa ditunggu dan dinantikan oleh umat Islam di berbagai penjuru dunia. Mengapa?

Karena pada bulan ini adalah bulan yang Allah muliakan di antara bulan-bulan yang lainnya. Banyak keutamaan pada bulan ini, diantaranya adalah dilipatgandakannya pahala amal ibadah dan diampuninya dosa-dosa. Tentu kita tidak ingin melewatinya dengan sia-sia atau berlalu begitu saja. Bahkan kita tidak ingin niatan amal soleh di bulan Ramadhan ini terhalang oleh sesuatu, terutama sakit. Demikianlah harapan kita, namun apa yang hendak dikata jika qadarullah (karena takdir Allah) kita mengidap atau terserang suatu penyakit, atau karena sebab lain yang menghambat ibadah puasa kita, maka janganlah kita berkecil hati.

Pada kesempatan kali ini, akan dibahas mengenai puasa dalam kondisi khusus, seperti pada ibu hamil, menyusui, lansia (lanjut usia), anak kecil, dan orang dengan penyakit tertentu. Selain itu, akan disampaikan beberapa tips seputar kesehatan supaya kita senantiasa sehat dan berstamina saat puasa. Tak ketinggalan, juga akan disinggung mengenai berbagai macam gangguan kesehatan yang kelihatannya sepele tapi bisa mengganggu kelancaran berpuasa, dan tentu saja disertai dengan cara mengatasinya.

.

Puasa dalam Kondisi Khusus

1. Jika ibu hamil atau menyusui ingin berpuasa

Meskipun ada keringanan untuk tidak berpuasa, ada kalanya seorang wanita hamil atau menyusui ingin berpuasa. Mengingat kondisi tiap wanita berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, maka tidak heran jika ada yang terpaksa tidak sanggup berpuasa, namun ada pula yang sanggup berpuasa hingga satu bulan penuh.

Ada beberapa yang perlu diperhatikan bagi ibu hamil atau menyusui yang ingin berpuasa:

Konsultasikan dengan dokter mengenai kemungkinan berpuasa dalam kondisi hamil atau menyusui. Seorang dokter akan memberikan nasihat sesuai dengan kondisi masing-masing ibu. Adakalanya tidak diperbolehkan karena kondisi ibu yang memang tidak memungkinkan, ada yang diperbolehkan tapi tentu saja dengan beberapa catatan.

Mantapkan tekad terlebih dahulu, karena keyakinan akan sanggup berpuasa bisa menghilangkan was-was atau kekhawatiran akan kondisi ibu maupun anak. Mitos makan untuk dua orang (ibu dan anak) ketika hamil atau menyusui tidak sepenuhnya benar. Memang kebutuhan kalori dan zat gizi lainnya akan meningkat ketika hamil atau menyusui, namun bukan berarti dilipatgandakan menjadi dua kalinya. Pada dasarnya tidak ada efek buruk secara langsung bagi janin yang dikandung atau bayi yang disusui, dengan catatan selama seorang ibu tetap dapat memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari.

Kebutuhan tambahan kalori wanita hamil lebih kurang 285 kalori, yaitu wanita dengan kerja ringan 1900 kalori/hari, kerja sedang 2100 kalori/hari, dan kerja berat 2400 kalori/hari. Kecukupan gizi seimbang kira-kira 40 kalori/kgBB dengan komposisi protein 20-25%, lemak 10-25%, dan karbohidrat 50-60%. Sedangkan bagi ibu yang menyusui, pada 6 bulan pertama masa menyusui saat bayi hanya mendapat ASI (eksklusif), ibu perlu tambahan nutrisi 700 kalori/hari, 6 bulan selanjutnya 500 kalori, dan tahun kedua 400 kalori.

Pada dasarnya, berpuasa bisa dikatakan hanya menggeser waktu makan, sehingga ibu hamil atau menyusui tidak perlu khawatir dirinya akan makan lebih sedikit dari biasanya. Cara memenuhi kebutuhan kalori pada saat sedang hamil atau menyusui tapi tetap ingin berpuasa, salah satunya adalah dengan makan lagi setelah sholat tarawih. Tentu saja, makanan yang disantap tidak harus makanan berat, tapi bisa juga camilan padat gizi yang menyehatkan atau kudapan berbahan sayur dan buah (misalnya salad). Dengan begitu, seorang ibu hamil atau menyusui tetap makan 3 kali dalam sehari.

Bagi ibu menyusi, dalam menu sahur dan berbuka hendaknya ditambah makanan yang merangsang produksi ASI seperti daun katuk dan daun pepaya, serta diusahakan banyak minum air hangat. Biasanya, pola menyusui akan berubah. ASI pada siang hari lebih sedikit dibandingkan malam hari. Usahakan menyusui setelah sahur lebih lama dan segera susui bayi setelah berbuka.

Tetap konsumsi suplemen khusus bagi ibu hamil atau menyusui (zat besi, kalsium, asam folat, dan lain-lain).

Jangan memaksakan diri dan usahakan untuk mengukur kemampuan diri sendiri. Jangan sampai hanya karena ingin seperti ibu lain yang sanggup berpuasa ketika hamil atau menyusui, kemudian memaksakan diri untuk tetap berpuasa. Jika tubuh terasa lemas, pusing, atau berkunang-kunang, segera saja batalkan puasa.

Jangan lupa untuk berdo’a meminta kemudahan kepada Allah dalam menjalankan ibadah puasa, karena hanya Allah Ta’ala yang mampu menguatkan kita sehingga mampu berpuasa meskipun dalam kondisi lemah karena sedang hamil atau menyusui. Oleh karena itu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam mencontohkan kepada kita untuk berdoa:

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً. رواه ابن حبان

“Ya Allah tiada kemudahan melainkan sesuatu yang Engkau jadikan mudah, dan Engkau menjadikan kesusahan, bila Engkau kehendaki bisa menjadi mudah.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya no. 2427 (Mawaarid), Ibnus Sunni no. 351. Al-Hafizh berkata: Hadits di atas sahih, dan dinyatakan shahih pula oleh Abdul Qadir Al-Arnauth dalam Takhrij Al-Adzkar oleh Imam An-Nawawi, lihat Hisnul Muslim-red)

2. Jika orang tua berusia lanjut/lansia ingin berpuasa

Para lansia cenderung memiliki keinginan berpuasa yang lebih tinggi walaupun kondisi fisik mereka sudah mulai menurun. Bahkan, para lansia memiliki kecenderungan berlomba-lomba memperbanyak ibadah, mengingat usia yang sudah tidak muda lagi.

Pada dasarnya, tidak ada larangan bagi lansia untuk berpuasa. Tentu saja dengan catatan kondisi fisiknya masih kuat (tidak lemah) dan tidak sedang sakit berat. Bahkan, berdasarkan banyak pengalaman dari lansia yang berpuasa, justru merasakan banyak manfaat yang diperoleh seperti terkontrolnya kadar gula darah, tekanan darah, kadar kolesterol, dan lain-lain. Meskipun demikian, puasa harus dilakukan dengan niat ikhlas untuk mengharap wajah Allah. Sedangkan nikmat kesehatan, itu hanyalah efek samping dari melakukan puasa dan bukan tujuan utama yang dicari-cari.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh lansia yang ingin berpuasa :

  • Pastikan bahwa kondisi fisik masih kuat dan mampu untuk melaksanakan puasa. Dalam hal ini bisa dipastikan dengan memeriksakan diri ke dokter. Selain memeriksa fisik, biasanya seorang dokter juga akan meminta dilakukan pemeriksaan laboratorium (darah, urin) untuk mengetahui beberapa penanda yang mengarah pada penyakit atau kelainan tertentu, seperti kadar gula, kolesterol, asam urat, dan lain-lain. Selanjutnya banyak berkonsultasi dan minta nasehat terkait dengan kondisi kesehatan tubuh jika nantinya melakukan puasa.
  • Hendaknya lansia yang ingin berpuasa tidak sedang mengalami penyakit komplikasi dan penyakit infeksi yang berat.
  • Terapkan pola makan sehat dan jangan hanya mengandalkan suplemen. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa menu makanan yang sehat jika dikombinasikan dengan aktivitas fisik dan mental yang teratur, dapat membantu hidup menjadi lebih sehat dan berkualitas. Disamping mengonsumsi makanan bergizi seimbang, perhatikan pula besarnya porsi sajian. Satu hal yang perlu digaris bawahi, hendaknya memilih aneka ragam makanan padat gizi, karena kita tidak dapat menggantikan makanan bergizi seimbang dengan suplemen apapun. Ada beberapa hal penting seputar makanan yang harus diperhatikan oleh para lansia, antara lain : banyak mengonsumsi makanan berserat, minum banyak cairan, kurangi lemak dan kolesterol, batasi garam, dan jauhi minuman keras.
  • Tetap berolahraga dan aktif secara fisik. Sesuaikan dengan kemampuan fisik, mengingat dari segi usia yang sudah tidak muda lagi. Konsultasikan dengan dokter sebelum memulai olah raga, karena termasuk kategori aktivitas berat.

3. Jika anak kecil (yang belum baligh) ingin berpuasa

Tidak jarang, anak-anak yang belum baligh sudah mengutarakan keinginannya untuk ikut berpuasa. Sebagai orangtua, tentu hal ini sangat menggembirakan sekaligus membanggakan. Setiap orangtua tentu menginginkan anaknya menjadi anak yang sholih dan sholihah. Karena alasan itulah, banyak orangtua yang berniat mendidik anak untuk mengenal dan melakukan ibadah sedini mungkin. Hal ini tentu sangat baik, karena semakin dini seorang anak dikenalkan dengan ibadah, maka diharapkan akan menjadi kebiasaan dan terpatri di dalam jiwa anak mengenai pentingnya ibadah tersebut.

Ada begitu banyak manfaat puasa bagi kesehatan anak, diantaranya adalah pola atau jadwal makan menjadi lebih teratur sehingga berdampak positif bagi kesehatan lambung anak. Selain itu, dengan berpuasa, anak tidak lagi makan berlebihan sehingga kemngkinan anak mengalami obesitas (kegemukan) dapat dikurangi. Jajanan yang tidak sehat juga dapat dikurangi selama bulan puasa, karena otomatis anak tidak jajan sembarangan ketika siang hari. Hal ini, tentu akan mengurangi kemungkinan munculnya berbagai penyakit seperti diare dan demam typhoid (typhus) akibat memakan jajanan yang kurang bersih.

Selain manfaat yang dirasakan oleh tubuh, puasa juga bisa melatih kecerdasan emosional anak. Apalagi, anak-anak masih sangat tinggi kadar ego/keakuannya. Dengan berpuasa, anak-anak dilatih untuk menahan diri dari makan dan minum, padahal di luar bulan ramadhan, mereka bisa makan kapan saja. Jangan lupa untuk mengajarkan pada anak mengenai pentingnya menahan lisan dari berkata-kata yang tidak baik dan menahan diri dari amarah ketika ada hal-hal yang tidak disukai.

Namun, tidak sedikit pula orangtua yang justru menjadi khawatir dengan kesehatan anak jika mereka ikut berpuasa. Lalu, pada umur berapakah idealnya seorang anak mulai belajar puasa? Meski belum banyak dilakukan penelitian, sejauh ini belum pernah diketahui ada anak yang mengalami sakit atau gangguan kesehatan yang berat akibat berpuasa. Sebaiknya, ada tahap waktu yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan fisik serta mental anak.

Mulai usia 3 tahun, orangtua bisa memperkenalkan “suasana” puasa di bulan ramadhan. Ajak mereka untuk bangun sahur, makan bersama orang yang berbuka puasa, sholat tarawih, dan sebagainya. Tentu saja dengan catatan tidak ada paksaan atau ancaman.

Puasa setengah hari bisa diperkenalkan pada anak usia 5 tahun. Tentu saja, orang tua tetap harus memberikan pengertian pada anak bahwa ibadah puasa yang mereka lakukan masih bersifat “latihan” dan bukanlah ibadah puasa yang sesungguhnya.

Di atas usia 6 tahun, kita bisa memperkenalkan puasa penuh namun tetap kita berikan kelonggaran jika sewaktu-waktu anak merasa tidak kuat sehingga ingin berbuka. Usia memang bukan satu-satunya patokan, mengingat kemampuan puasa juga sangat dipengaruhi oleh niat dan tekad masing-masing anak. Anak yang berusia lebih muda terkadang justru lebih kuat berpuasa dibanding anak yang berusia jauh di atasnya. Tentu saja hal ini disebabkan oleh tekad baja si anak dalam menjalankan ibadah puasa.

Agar puasa anak berjalan lancar, orang tua bisa mempraktekkan kiat-kiat praktis berikut ini :
Ajak anak untuk sahur, karena sahur sangat penting untuk ketahanan anak dalam menjalankan puasa. Bangunkan dengan hati-hati dan terus motivasi anak untuk mau bangun sahur. Jangan menggunakan paksaan atau ancaman, karena hal tersebut sangat tidak baik untuk kondisi mental dan kejiwaan anak. Berikan makanan yang tinggi kalori dan protein pada anak ketika sahur, supaya anak mempunyai cadangan energi yang cukup untuk beraktivitas selama berpuasa. Cukupi kebutuhan cairan anak supaya tidak terjadi dehidrasi (kekurangan cairan). Usahakan tercukupi 6-8 gelas cairan. Cairan yang dimaksud tidak hanya air putih, tapi termasuk juga susu, jus buah, kuah sayur, dan lain-lain.

Setelah selesai sahur, ajak anak untuk sholat subuh berjama’ah. Selain mengajarkan pentingnya sholat berjama’ah, kebiasaan ini juga bisa mengusir rasa kantuk pada anak. Usahakan supaya anak tidak langsung tidur kembali dengan perut penuh setelah makan sahur.

Setelah sholat subuh, ajak anak untuk melakukan aktivitas yang tidak terlalu menguras tenaganya, seperti membaca Al-Qur’an, membacakan buku cerita untuk mereka, atau mengulang hafalan do’a sehari-hari. Hindarkan anak-anak dari aktivitas yang menguras tenaga, seperti bermain kejar-kejaran misalnya. Boleh juga mengajak mereka kembali tidur kalau masih ada waktu sebelum berangkat sekolah, tapi tentu saja jangan berlebihan, karena justru membuat badan menjadi lemas.

Perhatikan jadwal tidur dan istirahat anak supaya tidak kekurangan atau justru berlebihan. Pada waktu siang, hendaknya anak tidur seperti biasanya supaya badan beristirahat setelah seharian beraktivitas.

Sore harinya, anak boleh melakukan aktivitas yang lebih banyak, seperti berolahraga misalnya, tapi hendaknya dipilih waktu ketika mendekati saat berbuka puasa.

Hendaknya ibu menyiapkan menu makanan berbuka yang bergizi dan disukai anak, misalnya kurma yang dimakan langsung atau dimodifikasi menjadi puding kurma, kue kurma, es buah kurma dan lain-lain. Hal ini tentu akan makin menambah semangat anak. Apalagi, kurma merupakan salah satu makanan yang mengandung gula sederhana yang siap dipakai oleh tubuh. Selain itu, kurma mengandung kalori dan kalium tinggi yang mudah diserap oleh tubuh, dan sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Jangan berlebihan dalam menyiapkan menu berbuka untuk melatih anak supaya tidak makan berlebihan.

Menjelang tidur, kita bisa memberikan susu atau air madu untuk menambah tenaga bagi anak kita setelah mereka banyak melakukan aktivitas seharian. Berikan juga camilan padat gizi sebagai selingan atau boleh juga menawarkan anak untuk makan lagi dengan porsi kecil.

Tentu setiap orangtua menginginkan yang terbaik bagi buah hatinya. Tekad anak untuk bisa beribadah puasa tentu patut kita syukuri. Sebagai orangtua, hendaknya kita tidak melarang anak-anak ikut berpuasa, tapi justru harus mendukung tekad anak supaya puasa mereka berjalan dengan lancar.

Terkadang ada yang melarang anak-anak berpuasa dengan alasan sebagai bentuk rasa kasih sayang. Padahal, salah satu bentuk rasa kasih sayang pada anak justru dengan memerintahkan mereka untuk mengerjakan syariat-syariat Islam dan membiasakannya. Tentu saja dengan tetap mempertimbangkan jangan sampai memberatkan atau memadharatkan anak-anak. Tak perlu khawatir kesehatan anak akan terganggu karena menjalankan ibadah puasa. Selain usaha-usaha yang ditempuh supaya anak tetap sehat ketika berpuasa, jangan lupa untuk berdo’a demi kebaikan dan kesehatan anak.

4. Jika seseorang dengan penyakit tertentu ingin berpuasa

Pada dasarnya, selama penyakit yang diderita bukan penyakit komplikasi dan infeksi berat, seseorang tetap boleh berpuasa. Tentu saja dengan catatan penyakitnya terkontrol, tetap minum obat, serta rutin memeriksakan diri ke dokter.

Berikut ini, kami sampaikan 3 penyakit yang masih bisa tetap berpuasa dengan beberapa catatan:

a. Pada penderita sakit maag, puasa tetap diperbolehkan. Gejala yang sering dikeluhkan penderita maag antara lain rasa tidak nyaman di ulu hati, mual, muntah, kembung, rasa panas di ulu hati, cepat kenyang, dan mulut pahit. Serangan dapat datang tiba-tiba dan hilang timbul.

Penyakit maag atau dispepsia digolongkan dalam 2 kelompok, yaitu organik dan fungsional. Dikatakan organik bila pada endoskopi ditemukan kelainan di kerongkongan, lambung, dan usus 12 jari. Fungsional, bila pada endoskopi tidak ditemukan kelainan.

Puasa pada dispepsia fungsional dapat meringankan bahkan menyembuhkan penyakit maag-nya. Memang pada hari-hari awal puasa terasa tidak nyaman. Seiring dengan berjalannya waktu, pola makan yang cukup dan teratur justru membuat kondisi kesehatan penderita maag semakin membaik, biidznillah (dengan seizin Allah).

Sedangkan puasa pada penderita dispepsia organik harus dilihat penyebabnya. Bila ada polip atau tumor, ulkus/luka, perdarahan, nyeri hebat, maka tidak diperbolehkan puasa. Pada penderita penyakit maag, sangat dianjurkan untuk makan sahur, karena sangat bermanfaat sebagai persiapan puasa. Pada saat berbuka, penderita dianjurkan makan dan minum yang manis terlebih dulu. Jangan makan dalam porsi besar, kurangi makanan berlemak dan makanan yang merangsang seperti asam atau pedas. Hindari makanan yang banyak mengandung gas seperti buncis, kubis, sawi putih, brokoli, bawang, dan telur. Hindari minuman soda, alkohol, dan kopi.

b. Pada penderita dengan penyakit ginjal, puasa diperbolehkan bila fungsi ginjal masih baik yaitu derajat 1 dan 2 (60-90% ginjal berfungsi). Penderita dengan fungsi ginjal derajat 3 dan 4 (15-60% ginjal berfungsi) tidak dianjurkan puasa. Sedangkan penderita yang menjalani hemodialisis/cuci darah (derajat 5) tidak diperbolehkan.

Sangat dianjurkan bagi penderita penyakit ginjal yang berpuasa untuk minum air putih yang cukup agar tidak terjadi dehidrasi. Namun demikian, jangan sampai konsumsi cairan berlebih karena bisa menyebabkan sesak napas. Selain itu, kandungan protein pada makanan harus dikurangi agar tidak memperberat kerja ginjal. Dan jangan lupa, tetap rutin mengonsumsi obat yang diresepkan dokter serta memeriksakan diri sesuai jadwal yang ditetapkan.

c. Untuk penderita kencing manis (Diabetes Mellitus/DM), puasa diperbolehkan bila kadar gula darahnya terkendali.

Selain itu, puasa juga boleh dilakukan oleh :

  • Penderita DM tipe-1 (diabetes karena kurangnya produksi insulin) yang stabil atau terkendali dengan perencanaan makan dan olah raga
  • Penderita DM tipe-2 (diabetes akibat kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin) dengan berat badan lebih serta kontrol yang baik dan pengawasan glukosa darah secara ketat
  • Penderita DM yang mendapat suntikan insulin satu kali per hari.

Sedangkan yang tidak dianjurkan puasa antara lain :

  • Penderita DM dengan kadar gula yang tinggi sekali atau tidak stabil
  • Penderita DM yang tidak mengikuti diet, pemakaian obat dan pengaturan aktivitas
  • Penderita DM tipe 1 yang tidak stabil
  • Penderita tipe-1 dan tipe-2 dengan kontrol yang buruk
  • Penderita DM yang disertai komplikasi jantung, ginjal dan hati (karena kekurangan cairan dapat semakin membahayakan kerja organ-organ penting tersebut)
  • Penderita DM yang mendapatkan suntikan insulin dua kali sehari atau lebih
  • Penderita DM dengan komplikasi serius
  • Penderita DM dengan riwayat ketoasidosis
  • Penderita DM yang sedang hamil
  • Penderita DM yang sedang mengalami infeksi
  • Penderita DM dengan usia tua dengan masalah kesadaran
  • Penderita DM yang mengalami dua kali atau lebih episode hipoglikemia selama berpuasa di bulan Ramadhan.

Penderita DM disarankan supaya memantau kadar glukosa darah dengan ketat dan belajar mengenali gejala hipoglikemia dan dehidrasi sejak dini. Hipoglikemi adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah rendah karena tidak ada keseimbangan antara makanan yang dimakan, latihan jasmani, dan obat yang digunakan. Gejala hipoglikemi antara lain berkeringat dingin, gemetar, pusing, lemas, mata berkunang-kunang, dan rasa perih di ulu hati seperti orang kelaparan. Bila mengalami gejala seperti ini, hendaknya segera minum segelas teh manis atau sirup dan segera periksa ke dokter. Jika glukosa darah kurang dari 63 mg/dl sebaiknya segera berbuka.

Penderita DM sangat dianjurkan mengakhirkan waktu makan sahur serta menghindari makanan manis. Penderita DM dapat berbuka dengan makanan dan minuman yang menggunakan gula rendah kalori. Penderita sebaiknya mengkonsumsi karbohidrat tinggi serat seperti sereal atau roti gandum. Hendaknya tetap rutin mengonsumsi obat supaya kadar gula darahnya terkontrol, dan konsultasikan dengan dokter mengenai jadwal pemberian obat dan dosisnya.

.

TIPS SEHAT SELAMA MENJALANKAN IBADAH PUASA

Usahakan selalu bangun untuk makan sahur.

Sahur sangat penting untuk mendukung kelancaran ibadah puasa, karena makanan yang kita santap pada saat sahur akan menjadi cadangan energi selama kita berpuasa. Oleh karena itu, usahakan untuk tidak meninggalkan sahur ketika akan berpuasa karena terdapat berkah dalam makan sahur. Seperti yang terdapat dalam hadits dari Anas Ibnu Malik, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam makan sahur itu ada berkahnya.” (Muttafaq ‘Alaih)

1. Jangan terlalu kenyang saat sahur

Banyak orang yang makan sebanyak-banyaknya ketika sahur dengan tujuan supaya kuat berpuasa. Padahal, terlalu banyak makan ketika sahur justru tidak baik karena akan menyebabkan melonjaknya kadar gula dalam darah serta merangsang keluarnya hormon insulin secara berlebihan. Hormon insulin ini akan mengangkut gula darah ke seluruh jaringan tubuh guna diubah menjadi glikogen atau lemak. Apabila kita makan terlalu banyak, maka glikogen dan lemak yang dihasilkan juga berlebihan. Padahal, lemak yang berlebihan sukar diuraikan menjadi gula darah kembali. Akibatnya, seseorang yang makan berlebihan saat sahur tidak bertambah segar, tapi justru semakin merasa lemas dan lesu.

2. Perbanyak konsumsi makanan berserat

Serat sangat baik untuk pencernaan dan memperlancar buang air besar. Selain itu, makanan berserat akan memperlancar proses pengeluaran racun dari dalam tubuh serta dapat mengurangi konsentrasi radikal bebas dalam tubuh, hingga sel-sel tubuh menjadi lebih segar dan elastis.

3. Usahakan kebutuhan cairan tercukupi

Usahakan tetap mengkonsumsi air 8 gelas setiap harinya, caranya antara lain dengan meminum sekitar 2 gelas saat buka puasa, lalu setelah tarawih hingga menjelang tidur, minum lagi sebanyak 3-4 gelas. Sedangkan pada saat sahur bisa minum sebanyak 2 gelas lagi. Minum air tidak selalu berarti air putih saja, tetapi minum teh, susu, jus buah, koktil buah, bahkan kuah sayur juga termasuk dalam jumlah air yang kita konsumsi.

4. Segerakan berbuka ketika waktunya telah tiba

Hendaknya kita menyegerakan berbuka, seperti yang terdapat dalam salah satu hadits dari Sahal Ibnu Sa’ad, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

“Orang-orang akan tetap dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (Muttafaq ‘Alaih)

Syari’at Islam yang sempurna telah mengajarkan pada kita supaya tidak memberat-beratkan diri dengan menunda berbuka puasa padahal waktunya telah tiba karena hal ini akan berdampak buruk pada kesehatan terutama pada organ lambung.

5. Jangan berlebihan saat menyantap hidangan berbuka puasa

Ajaran Islam menganjurkan untuk tidak berlebihan dalam masalah makan dan minum, karena akan berakibat kurang baik bagi kesehatan kita. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada ‘bejana’ yang lebih buruk yang diisi oleh manusia daripada perutnya sendiri. Cukuplah seseorang itu mengonsumsi beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Kalau terpaksa, maka ia bisa mengisi sepertiga perutnya dengan makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga sisanya untuk nafasnya.” (HR. Ibnu Majah no. 3349 dan dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan Ibnu Majah no. 2720-red)

Dengan demikian, bisa kita pahami bahwasanya makan berlebihan tidak dianjurkan dalam Islam karena bisa menimbulkan berbagai macam akibat yang tidak baik bagi tubuh kita.

Pada saat berbuka puasa sebaiknya tidak langsung makan dan minum terlampau banyak. Berbuka puasa dengan makanan berat dalam jumlah banyak justru memberatkan kerja lambung yang sudah dibiarkan beristirahat sekitar 12 jam. Jangan sampai menjadikan waktu berbuka puasa sebagai ajang “balas dendam” setelah seharian menahan lapar dan haus. Setelah kadar gula darah berangsur-angsur kembali normal, lakukan shalat maghrib. Selang setengah jam kemudian, makanlah menu lengkap secukupnya. Setelah shalat tarawih, boleh makan lagi jika masih lapar.

6. Pilih menu yang sehat untuk sahur dan berbuka

Bagi para ibu rumah tangga, menyajikan menu berbuka bagi keluarga tentu sangat menyenangkan. Dan alangkah lebih bijaksana jika para ibu menyiapkan menu yang sehat dan bergizi untuk menunjang kelancaran ibadah puasa seluruh anggota keluarga. Dengan memasak sendiri insya Allah lebih terjamin kebersihan dan kesehatannya. Namun, jika memang hendak membeli makanan matang, perhatikan kebersihan dan juga komposisi makanan atau minumannya. Pilih warung makan yang terjamin kebersihan dan kehalalannya. Selain itu, hindari makanan atau minuman yang mengandung zat pengawet, pewarna, dan pemanis buatan.

7. Jangan sembarangan mengkonsumsi vitamin

Setiap orang tentu menginginkan bisa tetap aktif saat puasa dan tetap fit sepanjang hari. Dengan alasan itu, muncul kecenderungan untuk mengkonsumsi suplemen vitamin. Namun ada yang perlu diingat, vitamin bukanlah sebagai makanan pengganti (subtitusi). Yang penting kita harus makan makanan sehat dan bergizi sehingga kebutuhan akan vitamin tercukupi lewat makanan yang bervariasi. Hendaknya kita tidak meminum vitamin sembarangan tapi konsultasikan dulu pada dokter.

8. Tetap berolahraga selama puasa

Kondisi fisik seseorang yang sedang berpuasa memang cenderung lemas karena menahan lapar dan haus. Namun demikian, bukan berarti tidak boleh berolahraga. Seperti yang kita ketahui, olahraga penting guna menjaga kebugaran dan vitalitas tubuh. Terlebih lagi bagi orang-orang tertentu dengan gangguan kesehatan seperti pada penderita penyakit jantung dan diabetes mellitus (kencing manis), dimana olah raga sudah menjadi kebutuhan untuk mengontrol penyakitnya dalam rangka proses penyembuhan.

Satu hal yang perlu diingat, semua harus direncanakan, sehingga tidak menimbulkan efek buruk pada tubuh. Susun program olah raga sesuai dengan berat penyakit dan tingkat kebugaran. Saat puasa, seseorang tidak dianjurkan berolahraga sampai tenaganya terkuras habis atau sampai badan lemah karena kecapekan. Melakukan olahraga yang ringan namun berkelanjutan lebih baik daripada olah raga yang berat dan memforsir.

Olah raga yang dianjurkan, sebagai berikut :

  • Kontinu, yaitu harus berkesinambungan dan terus menerus.
  • Ritmis, yaitu dilakukan secara ritmis dan teratur, sehingga otot-otot berkontraksi dan berelaksasi secara teratur (Misal : jalan kaki, lari, joging, bersepeda, mendayung. Hindari olah raga yang banyak berhentinya seperti main golf, tenis, atau bulu tangkis).
  • Interval, yaitu dilakukan berselang-seling. Kadang cepat, kadang lambat, tapi tanpa berhenti (Misalnya, joging diselingi jalan atau jalan cepat diselingi jalan lambat).
  • Progresif, yaitu dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dengan beban latihan ditingkatkan perlahan-lahan sampai 30 menit.
  • Endurance, yaitu latihan ketahanan untuk meningkatkan kesegaran jantung dan pembuluh darah serta meningkatkan kardiorespirasi (Misal : joging, bersepeda).

Olah raga dimulai dengan pemanasan dan diakhiri dengan cooling down / peregangan masing-masing selama 5-10 menit. Olahraga bisa dilakukan satu jam atau 30 menit menjelang waktu berbuka supaya bisa segera minum pada saat waktu berbuka tiba. Sebaliknya, kurang tepat apabila olahraga dilakukan setelah makan sahur karena perut dalam keadaan kenyang sehingga dapat mengganggu kerja organ pencernaan. Selain itu, olahraga setelah makan sahur bisa menyebabkan badan capek sehingga muncul rasa haus dan lapar.

.

GANGGUAN KESEHATAN YANG BISA MENGHAMBAT KELANCARAN IBADAH PUASA

Berikut ini akan disampaikan pembahasan mengenai berbagai macam gangguan kesehatan yang kelihatannya sepele tapi bisa mengganggu kelancaran berpuasa, dan tentu saja disertai dengan cara mengatasinya :

a. Perut kembung

Perut kembung dapat menimbulkan rasa tidak nyaman sehingga mengganggu aktivitas orang yang berpuasa. Beberapa jenis makanan tertentu bisa menghasilkan gas di dalam saluran pencernaan, seperti buncis, kubis, sawi putih, brokoli, bawang, dan telur. Maka bagi yang peka terhadap makanan-makanan tersebut sebaiknya menghindari untuk sementara waktu. Selain itu, salah satu cara mencegah supaya tidak terjadi kembung adalah dengan mengunyah makanan dengan seksama untuk memudahkan proses pencernaan sehingga tidak terjadi pembentukan gas akibat proses fermentasi.

Untuk mengatasi perut kembung, bisa dengan minum secangkir teh jahe setelah makan. Teh jahe sangat baik untuk merangsang proses pencernaan makanan, sehingga makanan tidak terlalu lama berada di dalam usus kecil yang bisa memicu terbentuknya gas. Selain teh jahe, bisa juga mengatasi perut kembung dengan memakan pepaya. Pepaya mengandung enzim papain, yang bekerja membantu proses pemecahan makanan di dalam saluran pencernaan, sehingga pembentukan gas dapat dihindari.

b. Sembelit

Sembelit atau susah buang air besar merupakan gangguan yang cukup sering dikeluhkan orang yang berpuasa. Untuk mengatasinya, usahakan tetap mengonsumsi 8 gelas air setiap harinya, yaitu dengan meminum 2 gelas saat buka puasa, lalu setelah tarawih hingga menjelang tidur, minum lagi sebanyak 3-4 gelas. Sedangkan pada saat sahur, kita bisa minum sebanyak 2 gelas. Selain itu, jangan lupa untuk banyak mengonsumsi makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan baik pada saat sahur maupun berbuka. Mengonsumsi kurma saat berbuka puasa juga sangat dianjurkan, karena serat yang terkandung dalam kurma dapat memperlancar buang air besar.

c. Tenggorokan kering dan suara serak

Selama berpuasa, otomatis kita tidak mengonsumsi air selama kurang lebih 12 jam. Kondisi ini berpotensi besar menyebabkan tenggorokan kering dan kadang suarapun menjadi serak. Dengan begitu, kegiatan ibadah lainnya seperti membaca atau menghafal Al-Qur’an juga ikut-ikutan terganggu. Kita tentu tidak ingin kondisi ini berlanjut dan menyurutkan semangat kita dalam menjalani hari-hari di bulan puasa.

Untuk mencegahnya, pastikan asupan cairan kita cukup, yaitu dengan mengonsumsi air paling tidak 2 liter perhari bisa. Dianjurkan untuk menghindari gorengan dan makanan yang bisa memicu batuk. Karena batuk yang muncul bisa memperparah sakit tenggorokan dan membuat suara makin serak. Hindari jajanan baik makanan maupun minuman yang menggunakan pemanis buatan. Pada beberapa orang yang sensitif, zat-zat tambahan pada makanan atau minuman bisa memicu terjadinya batuk dan gangguan tenggorokan. Disamping itu, selama keluhan masih ada, hendaknya bicara seperlunya dan jangan bersuara keras-keras terlebih dahulu.

d. Badan kecapekan

Kita semua tentu berlomba-lomba ingin memperbanyak ibadah baik pada siang maupun malam bulan ramadhan. Oleh karena itu, jangan sampai aktivitas kita terhambat hanya karena badan kecapekan. Salah atu caranya adalah dengan cukup istirahat. Sempatkan untuk beristirahat di sela-sela rutinitas kita yang padat. Jangan memforsir ketika melakukan suatu kegiatan, tapi dikerjakan semampunya dan bertahap (tidak sekaligus). Hal ini untuk menghindari tenaga kita terkuras habis, padahal waktu berbuka masih lama.

Istirahat yang dimaksudkan disini tidak berarti seseorang jadi banyak tidur dengan alasan lemas karena puasa. Terlalu banyak tidur justru membuat badan tidak bugar dan cenderung menjadikan seseorang jadi malas beraktivitas. Hendaknya proporsional dalam masalah waktu tidur, yaitu diniatkan sekedar untuk menghimpun tenaga sehingga dapat beribadah di bulan ramadhan.

.

PENUTUP

Demikianlah penjelasan seputar kesehatan di bulan puasa. Semoga kita bisa menjalankan ibadah puasa dengan penuh semangat. Mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala menerima amal ibadah puasa kita dan senantiasa melimpahkan nikmat kesehatan pada kita semua.

.

Referensi :

1. Arief Mansjoer (editor) dkk. Buku Kapita Selekta Kedokteran UI Jilid 1. Tahun 1999. Penerbit Media Aesculapius, Universitas Indonesia, Jakarta.

2. Cunningham, Mac Donald, Gant. Textbook Williams Obstetry Edisi 18. Tahun 1995. Penerbit EGC, Jakarta.

3. David B. Reuben, MD dkk, Buku “Geriatrics at Your Fingertips “. Tahun 2001. Penerbit Excerpta Medica, Inc. USA.

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Buku Manajemen Laktasi.

5. Dr. C. Triwikatmani, Petunjuk Praktis Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2. Tahun 2002. Penerbit PB PERKENI, Jakarta.

6. Dr. Widodo Judarwanto, SpA, “Kiat Aman Berpuasa untuk Anak”. Jawa Pos, 22 Agustus 2009.

7. Dr. Hambrah Sri Atriadewi, “Atasi Gangguan Pencernaaan Saat Puasa dengan Konsumsi Kurma”. Healthy, edisi 01/tahun III/21 Agustus-3 September 2009.

8. Heidi Murkoff, dkk. Buku “Kehamilan, Apa yang Anda Hadapi Bulan per Bulan”. Tahun 2006. Penerbit Arcan, Jakarta.

9. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Metode Pengobatan Nabi, Bab “Mencegah Kelebihan Makan”, Tahun 2008. Penerbit Griya Ilmu, Jakarta.

10. One Day Simposium “Chronic Heart Failure, diagnosis, current management and cardio preventive care” , Solo, 24 Agustus 2008.

11. Scott C. Litin, M.D (editor). Mayo Clinic, Family Health Book Edisi 1, Tahun 2009, Penerbit PT Intisari Mediatama, Jakarta.

*****

Sumber : muslimah.or.id

.

Baca Juga :

.

Subhanakallohumma wa bihamdihi,

Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika

Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamin

No comments:

Post a Comment